Sebelumnya Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menegaskan Golkar sepakat untuk tidak menerapkan konsep the winner takes it all pada Pemilu.
Artinya, Golkar berpandangan partai-partai politik di Indonesia harus bisa bekerja sama, entah siapa pun koalisi partai politik yang memenangi Pilpres 2024.
Bahkan seperti ingin membenarkan pendapatnya, Golkar bersikukuh kita semua adalah bagian dari Indonesia raya. Bukan seperti Amerika Serikat di mana demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang the winner takes it all.
Airlangga mengibaratkan membangun Indonesia seperti tim nasional cabang olahraga yang membela nama Indonesia. Para pemain yang masuk tim nasional biasanya tidak hanya berasal dari klub yang sama, tetapi bisa berasal dari berbagai klub.
Dalam konteks politik, Airlangga menilai sistem tersebut bakal menciptakan pelaksanaan pemilu yang membahagiakan, bukan memecah belah bangsa.
Sekali lagi dengan jargon yang “merdu”, Airlangga berharap perbedaan pandangan masyarakat hanya pada 14 Februari 2024 pada saat masyarakat memilih dan mencoblos, sesudah itu kita diharapkan kembali bersama-sama (Kompas.com, 29/04/2023).
Menyikapi “breaking news” dengan semakin menguatnya nama RK dalam bidikan radar koalisi pendukung Ganjar, sikap elite Golkar terbelah.
Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono tidak melarang RK berpasangan dengan Ganjar, bahkan menganggap minat koalisi penyokong Ganjar sebagai kehormatan bagi Golkar (Kompas.com, 08/09/2023).
Sembari menegaskan lagi komitmen Partai Golkar yang akan tetap bersama di Koalisi Indonesia Maju pendukung capres Prabowo, Agung Laksono mempersilahkan RK untuk “menjemput takdir” bersama Ganjar. Asal saja, RK maju atas nama pribadi dan tidak sebagai wakil ketua umum Partai Golkar.
Sebaliknya berbeda dari elite Golkar terhadap melambungnya nama RK ditunjukkan oleh salah satu wakil ketua umumnya, Ahmad Doli Kurnia Tandjung yang menyebut posisi cawapres dari Golkar hanya untuk Airlangga Hartarto.
Menurut Ahmad Doli, RK hanya diproyeksikan Golkar untuk kontestasi di Pilgub Jabar atau DKI pada Pilkada mendatang. Pertemuan-pertemuan RK dengan Megawati telah dilaporkan RK kepada Airlangga selaku ketua umum Golkar (Kompas.com, 11/09/2023).
Berkaca dari Pilpres 2014, Golkar juga pernah mengalami “cinta yang mendua”. Ketika Jokowi mengambil kader Golkar, Jusuf Kalla sebagai cawapres, sikap Golkar secara resmi mendukung pasangan Prabowo – Hatta Radjasa. Akibatnya suara Golkar di berbagai daerah menjadi tidak utuh alias pecah.
Jauh sebelumnya di Pilpres 2004, Golkar secara resmi mendeklarasikan pasangan Wiranto dan Salahuddin Wahid, tetapi Jusuf Kalla yang juga kader Golkar digaet oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Pola Golkar yang “bermain dimana-mana” serta “selalu masuk kabinet” di setiap pemenang Pilpres menjadi tabiat Golkar dari masa ke masa.
Bisa jadi hal tersebut memang menjadi cara Golkar untuk “bermain dua kaki” agar risiko politik dari setiap gelaran Pilpres bisa menghasilkan advantage politik bagi para elite-elitenya.
Memahami narasi “breaking news” bagi RK dan Golkar seperti ibaratnya mencerna kisah asmara pada era sekarang ini.
Malam mingguanya dengan siapa, pacarannya dengan siapa, tunangannya dengan siapa, serta menikahnya dengan siapa, tidak ada kejelasannya.
Ketika hati mendua
Tercipta sebuah prahara asmara
Menjalani hubungan cinta segitiga
Mengakrabkan diri kepada dusta
Ketika hati mendua
Kepiawaian lidah sang pemeran
Mulai tiada lagi berperasaan
Tersebab terbiasa khianati pasangan
Ketika hati mendua
Rasa candu semakin menggila
Namun, tercorenglah harga dirinya
Bila terkuak sudah permainannya
Ketika hati mendua
Tenangkan dengan nurani jiwa
Memantapkan pilihan satu rasa
Karena setia adalah bahagia
(Puisi “Ketika Hati Mendua” karya Jakaria)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.