Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

16 Peti Buku dan Permainan Catur Bung Hatta dalam Pengasingan…

Kompas.com - 13/09/2023, 05:30 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih lekat dalam ingatan Mohammad Bondan, sosok Mohammad Hatta yang disiplin dan penuh perjuangan.

Bagaimana tidak, selama satu tahun lamanya, Bondan hidup bersama Hatta dan lima pejuang kemerdekaan Indonesia lainnya dalam pengasingan di Boven Digoel, wilayah yang kini masuk dalam teritori Papua Selatan.

Selain Bondan dan Hatta, lima orang lain yang dibuang pemerintah Belanda ke Boven Digoel yakni Sutan Syahrir, Burhanuddin, Sumitro Reksodiputro, Maskun, dan Marwoto.

Para tokoh ini dianggap berbahaya oleh Belanda karena aktivitas mereka dalam organisasi bentukan Bung Hatta bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI)-Baru.

Ketika ditangkap oleh Belanda tahun 1935, Bondan menjabat sebagai Komiaris Utama PNI-Baru.

Baca juga: Bung Hatta dan Asal-usul Nama Indonesia

Empat tahun sebelum itu atau kisaran tahun 1931, untuk pertama kalinya Bondan berinteraksi langsung dengan Hatta melalui surat. Ketika itu, Hatta masih menempuh studi di Belanda.

Setahun setelahnya, Hatta pulang ke Tanah Air. Bondan pun ikut menyambut kepulangan Hatta dengan menemuinya di kapal yang baru bersandar di pelabuhan.

“Setelah bersalaman, ia menyebut nama saya dengan tersenyum. Bung Hatta tetap tenang, tapi malah menambah dalamnya arti pertemuan itu,” kata Bondan sebagaimana dikisahkan Kompas, 17 Maret 1980.

Canda Bung Hatta

Siapa sangka, 3 tahun setelah pertemuan itu, Bondan diasingkan bersama Hatta dan lima orang lainnya.

Banyak menghabiskan waktu bersama Hatta membuat Bondan paham bahwa laki-laki asal Bukittingi tersebut tak selalu serius, tapi juga sesekali berhumor.

Ketika para tahanan politik Belanda dibawa ke Boven Digoel, misalnya, di atas kapal, Hatta berulang kali mencoba mencairkan suasana.

Baca juga: Bung Hatta yang Tak Banyak Bicara dan Sepak Bola

Saat itu, ketika kapal sedang singgah di Makassar, tiba-tiba Hatta berceletuk tentang teka-teki. Dia bertanya, kata apa yang mengandung 4 huruf k di dalamnya.

Semua yang ada di kapal terdiam, termasuk Syahrir. Bondan pun mencoba menjawab.

Lekerkekker (kue mainan),” celetuknya.

Namun, ucapan Bondan itu disanggah Syahrir. Katanya, itu terdiri dari dua kata.

Bung Hatta hanya terdiam melihat pemandangan itu. Sampai akhirnya dia menjawab sendiri pertanyaannya, “kakkerlak (lipas),” katanya.

Setelahnya, Hatta juga sempat melempar candaan, meski dalam suasana serius. Ia bertanya tentang berapa warna pelangi, dan pertanyaan lain semacamnya.

“Itulah humor Bung Hatta. Tapi, meski tidak banyak memulai humor, beliau sangat menikmati suasana gembira di antara kami sehingga suasana pembuangan hampir tak terasa,” tutur Bondan.

16 peti buku dan permainan catur

Bondan bersaksi bahwa hidup Bung Hatta hampir seluruhnya diabadikan pada perjuangan. Dalam pengasingan di Boven Digoel saja, Hatta membawa 16 peti buku.

“Hampir seluruh waktunya ditumpahkan untuk belajar,” katanya.

Selama berada di Boven Digoel, kata Bondan, dirinya, Hatta, dan tahanan Belanda lain juga kerap bermain sepak bola.

Bung Hatta memilih sebagai bek atau pemain belakang, Syahrir di posisi centervoor atau gelandang, dan Bondan di sayap kanan.

“Kalau tidak, ia main catur atau dam-daman,” ungkap Bondan.

“Tetap semua itu dilakukan tanpa perhatian khusus, sehingga kalau kalah main pun tak ada pengaruhnya pada sikap Bung Hatta,” tuturnya.

Baca juga: Megawati Beberkan Alasan Bung Karno Tak Punya Wapres Selain Bung Hatta

Disiplin

Selama satu tahun tinggal bersama Hatta, Bondan pun menyadari bahwa lelaki yang kelak menjadi wakil presiden pertama RI ini sangat disiplin.

Katanya, Hatta punya kebiasaan membuat “time table” kegiatan sehari-harinya di Boven Digoel.

“Jam sekian menyalakan api untuk masak air. Dari jam sekian ke jam sekian belajar,” ungkap Bondan.

Kebersamaan Bondan dan Hatta di Boven Digoel berakhir ketika tahun 1936 pemerintah Belanda memindahkan Hatta dan Syahrir ke Bandaneira, Maluku.

Bondan sendiri tetap di Boven Digoel sampai Jepang menginjakkan kaki di tanah Papua sekitar tahun 1943. Tahanan politik di Boven Digoel pun diangkut oleh Belanda ke Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com