Salin Artikel

16 Peti Buku dan Permainan Catur Bung Hatta dalam Pengasingan…

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih lekat dalam ingatan Mohammad Bondan, sosok Mohammad Hatta yang disiplin dan penuh perjuangan.

Bagaimana tidak, selama satu tahun lamanya, Bondan hidup bersama Hatta dan lima pejuang kemerdekaan Indonesia lainnya dalam pengasingan di Boven Digoel, wilayah yang kini masuk dalam teritori Papua Selatan.

Selain Bondan dan Hatta, lima orang lain yang dibuang pemerintah Belanda ke Boven Digoel yakni Sutan Syahrir, Burhanuddin, Sumitro Reksodiputro, Maskun, dan Marwoto.

Para tokoh ini dianggap berbahaya oleh Belanda karena aktivitas mereka dalam organisasi bentukan Bung Hatta bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI)-Baru.

Ketika ditangkap oleh Belanda tahun 1935, Bondan menjabat sebagai Komiaris Utama PNI-Baru.

Empat tahun sebelum itu atau kisaran tahun 1931, untuk pertama kalinya Bondan berinteraksi langsung dengan Hatta melalui surat. Ketika itu, Hatta masih menempuh studi di Belanda.

Setahun setelahnya, Hatta pulang ke Tanah Air. Bondan pun ikut menyambut kepulangan Hatta dengan menemuinya di kapal yang baru bersandar di pelabuhan.

“Setelah bersalaman, ia menyebut nama saya dengan tersenyum. Bung Hatta tetap tenang, tapi malah menambah dalamnya arti pertemuan itu,” kata Bondan sebagaimana dikisahkan Kompas, 17 Maret 1980.

Canda Bung Hatta

Siapa sangka, 3 tahun setelah pertemuan itu, Bondan diasingkan bersama Hatta dan lima orang lainnya.

Banyak menghabiskan waktu bersama Hatta membuat Bondan paham bahwa laki-laki asal Bukittingi tersebut tak selalu serius, tapi juga sesekali berhumor.

Ketika para tahanan politik Belanda dibawa ke Boven Digoel, misalnya, di atas kapal, Hatta berulang kali mencoba mencairkan suasana.

Saat itu, ketika kapal sedang singgah di Makassar, tiba-tiba Hatta berceletuk tentang teka-teki. Dia bertanya, kata apa yang mengandung 4 huruf k di dalamnya.

Semua yang ada di kapal terdiam, termasuk Syahrir. Bondan pun mencoba menjawab.

“Lekerkekker (kue mainan),” celetuknya.

Namun, ucapan Bondan itu disanggah Syahrir. Katanya, itu terdiri dari dua kata.

Bung Hatta hanya terdiam melihat pemandangan itu. Sampai akhirnya dia menjawab sendiri pertanyaannya, “kakkerlak (lipas),” katanya.

Setelahnya, Hatta juga sempat melempar candaan, meski dalam suasana serius. Ia bertanya tentang berapa warna pelangi, dan pertanyaan lain semacamnya.

“Itulah humor Bung Hatta. Tapi, meski tidak banyak memulai humor, beliau sangat menikmati suasana gembira di antara kami sehingga suasana pembuangan hampir tak terasa,” tutur Bondan.

“Hampir seluruh waktunya ditumpahkan untuk belajar,” katanya.

Selama berada di Boven Digoel, kata Bondan, dirinya, Hatta, dan tahanan Belanda lain juga kerap bermain sepak bola.

Bung Hatta memilih sebagai bek atau pemain belakang, Syahrir di posisi centervoor atau gelandang, dan Bondan di sayap kanan.

“Kalau tidak, ia main catur atau dam-daman,” ungkap Bondan.

“Tetap semua itu dilakukan tanpa perhatian khusus, sehingga kalau kalah main pun tak ada pengaruhnya pada sikap Bung Hatta,” tuturnya.

Disiplin

Selama satu tahun tinggal bersama Hatta, Bondan pun menyadari bahwa lelaki yang kelak menjadi wakil presiden pertama RI ini sangat disiplin.

Katanya, Hatta punya kebiasaan membuat “time table” kegiatan sehari-harinya di Boven Digoel.

“Jam sekian menyalakan api untuk masak air. Dari jam sekian ke jam sekian belajar,” ungkap Bondan.

Kebersamaan Bondan dan Hatta di Boven Digoel berakhir ketika tahun 1936 pemerintah Belanda memindahkan Hatta dan Syahrir ke Bandaneira, Maluku.

Bondan sendiri tetap di Boven Digoel sampai Jepang menginjakkan kaki di tanah Papua sekitar tahun 1943. Tahanan politik di Boven Digoel pun diangkut oleh Belanda ke Australia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/13/05300031/16-peti-buku-dan-permainan-catur-bung-hatta-dalam-pengasingan-

Terkini Lainnya

Anak SYL Minta Pejabat Kementan Biayai Renovasi Kamar Rp 200 Juta

Anak SYL Minta Pejabat Kementan Biayai Renovasi Kamar Rp 200 Juta

Nasional
Agus Rahardjo Sebut Penyidik KPK Tunduk ke Atasan di Kejaksaan, Kejagung: Jangan Asal 'Statement'

Agus Rahardjo Sebut Penyidik KPK Tunduk ke Atasan di Kejaksaan, Kejagung: Jangan Asal "Statement"

Nasional
Stafsus SYL Disebut Minta Kementan Danai Pengadaan Paket Sembako Senilai Rp 1,9 Miliar

Stafsus SYL Disebut Minta Kementan Danai Pengadaan Paket Sembako Senilai Rp 1,9 Miliar

Nasional
KNKT Investigasi Penyebab Rem Blong Bus Rombongan SMK Lingga Kencana

KNKT Investigasi Penyebab Rem Blong Bus Rombongan SMK Lingga Kencana

Nasional
KPK Panggil Lagi Windy Idol Jadi Saksi TPPU Sekretaris Nonaktif MA

KPK Panggil Lagi Windy Idol Jadi Saksi TPPU Sekretaris Nonaktif MA

Nasional
KPK Panggil Penyanyi Dangdut Nabila Nayunda Jadi Saksi TPPU SYL

KPK Panggil Penyanyi Dangdut Nabila Nayunda Jadi Saksi TPPU SYL

Nasional
Pakar: Jika Revisi UU Kementerian Negara atau Perppu Dilakukan Sekarang, Tunjukkan Prabowo-Gibran Semacam Periode Ke-3 Jokowi

Pakar: Jika Revisi UU Kementerian Negara atau Perppu Dilakukan Sekarang, Tunjukkan Prabowo-Gibran Semacam Periode Ke-3 Jokowi

Nasional
21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

Nasional
Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Nasional
Megawati Cermati 'Presidential Club' yang Digagas Prabowo

Megawati Cermati "Presidential Club" yang Digagas Prabowo

Nasional
Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Nasional
Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Nasional
Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Nasional
Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke