Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anwar Saragih
Peneliti

Kandidat Doktor Ilmu Politik yang suka membaca dan menulis

Partai Golkar dan Bola Panas yang Ditinggalkan Cak Imin di Koalisi Prabowo

Kompas.com - 06/09/2023, 10:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kala itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) yang berpasangan dengan Wiranto maju sebagai penantang bagi petahana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang running kembali untuk periode keduanya.

Sejak awal, sebenarnya JK sudah tahu bahwa dirinya akan kalah dari pasangan SBY-Boediono atau pasangan Megawati-Prabowo. Namun demi kebertahanan dan harga diri Partai Golkar, proses kandidasi JK sebagai capres terus dilanjutkan karena berdampak pada perolehan suara partai berlambang beringin tersebut pada pemilu berikutnya.

Tentu absennya Partai Golkar dalam mengusung kadernya di Pilpres ini berdampak negatif bagi perolehan suara kursi di parlemen yang terus mengalami penurunan dari pemilu ke pemilu.

Misalnya, di Pileg 2009, Partai Golkar meraih 109 kursi di DPR RI, kemudian di Pileg 2014 perolehan kursi Partai Golkar turun menjadi 91 kursi dan di Pileg 2019 turun kembali menjadi 85 kursi.

Pun tren penurunan kursi Partai Golkar berdasarkan berbagai survei dalam beberapa bulan terakhir berpotensi terjadi kembali di Pileg 2024, sejalan dengan semakin meningkatnya potensi kenaikan elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Gerindra yang secara aktif dalam tiga pemilu terakhir rutin mengusung kadernya sendiri di Pilpres.

Dengan kata lain, pilihan Partai Golkar untuk memajukan kadernya sendiri sebagai aktor langsung, baik sebagai capres atau cawapres, menjadi pilihan yang tidak bisa ditunda.

Hal ini bukan hanya soal eksistensi Partai Golkar secara institusi dengan sejarah kejayaan dan kemasyuran masa lalu, tapi berkaitan dengan bagaimana kebertahanan Partai Golkar dalam menghadapi sirkulasi kekuasaan pemilu setiap lima tahun.

Pilihan tersisa bagi Partai Golkar saat ini adalah menjalin komunikasi untuk potensi berkoalisi dengan Partai Demokrat memasangkan Airlangga dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Tentu saja, koalisi Partai Golkar (85 kursi) dan Partai Demokrat (54 kursi) cukup mengusung pasangan sendiri. Jika ditotalkan jumlah kursi kedua partai tersebut adalah 129 kursi, lebih dari syarat minimal mencalonkan capres dan cawapres sebanyak 116 kursi.

Pada kesimpulannya, bila Partai Golkar dan Partai Demokrat benar-benar berlayar dengan perahu yang sama di Pilpres 2024, maka trigger utamanya terbentuknya poros baru koalisi.

Hal itu tidak lepas dari peran Cak Imin yang membuka mata setiap aktor politik bahwa politik adalah seni mengelola setiap kemungkinan untuk mengatasi setiap ketidakpastian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Nasional
Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Nasional
Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Nasional
Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Nasional
Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com