Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anwar Saragih
Peneliti

Kandidat Doktor Ilmu Politik yang suka membaca dan menulis

Partai Golkar dan Bola Panas yang Ditinggalkan Cak Imin di Koalisi Prabowo

Kompas.com - 06/09/2023, 10:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tentu proposisi ini akan menghasilkan pasangan Prabowo-Airlangga, bukan Prabowo-Cak Imin di meja runding koalisi mengingat suara nasional PKB (58 kursi) adalah 13.570.970 suara.

Bola panas yang ditinggal Cak Imin

Keputusan Cak Imin meninggalkan Koalisi Prabowo sejatinya adalah pilihan logis yang didasari pada asumsi kualitatif dan asumsi kuantitatif secara politik.

Pun bila politik pada satu pengertian merupakan seni membaca kemungkinan di antara ketidakpastian, Cak Imin secara cerdik mengambil keputusan untuk potensi berlayar sebagai cawapres di Pilpres 2024.

Soal moral dalam politik pragmatisme menjadi urusan lain karena landasannya membutuhkan konsistensi.

Jika konsistensi Cak Imin dilihat dari lanskap relasinya dengan Prabowo selama enam bulan terakhir, ia bisa dianggap tidak setia.

Namun jika konsistensi Cak Imin dilihat dari perpektif keputusan Muktamar PKB yang mengharuskannya menjadi capres/cawapres, ia bisa dianggap konsisten tegak lurus pada putusan tertinggi partai.

Persoalannya adalah ketika Cak Imin meninggalkan Koalisi Indonesia Maju, ia meninggalkan bola panas bagi Prabowo.

Ini tidak hanya berkaitan dengan basis pemilih NU di Jawa Timur yang menjadi salah satu penentu kemenangan yang pada dua Pilpres terakhir tidak mampu dimenangkan oleh Prabowo.

Akan tetapi, ini berkaitan dengan posisi problematik baru bagi Prabowo mengingat ia harus menentukan posisi cawapres akan diberikan pada PAN melalui Erick Thohir atau akan diberikan pada Partai Golkar untuk nama Airlangga Hartarto.

Memang selama ini Airlangga tidak menunjukkan ambisi yang menggebu-gebu untuk posisi cawapres, tapi kita tidak boleh lupa bahwa Partai Golkar adalah partai kedua terbesar di Indonesia.

Sementara Partai Golkar telah melewati dua pemilu terakhir dengan tidak memberangkatkan kadernya menjadi capres/cawapres.

Pada Pilpres 2014, peluang untuk posisi cawapres pernah hadir lewat nama Aburizal Bakrie yang merupakan ketua umum Partai Golkar kala itu.

Akan tetapi, jelang penetapan capres dan cawapres 2014, nama Aburizal Bakrie dipotong oleh Ketua Umum PAN Hatta Rajasa yang akhirnya menjadi cawapres Prabowo.

Kemudian, pada Pilpres 2019, sejak awal dinamika capres dan cawapres posisi Partai Golkar banyak pasif karena ingin fokus dalam Pileg.

Artinya, terakhir kali Partai Golkar secara langsung mengusung kadernya sendiri menjadi capres atau cawapres adalah di Pemilu 2009.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bertolak ke Riau, Presiden Jokowi Bakal Resmikan Tol dan Sistem Pengelolaan Air

Bertolak ke Riau, Presiden Jokowi Bakal Resmikan Tol dan Sistem Pengelolaan Air

Nasional
Soal Putusan MA, Pakar: Pertimbangan Hukum Hakim Sangat Dangkal

Soal Putusan MA, Pakar: Pertimbangan Hukum Hakim Sangat Dangkal

Nasional
Survei Kepuasan Pelanggan Antam Naik pada 2023

Survei Kepuasan Pelanggan Antam Naik pada 2023

Nasional
4 Terdakwa Kasus Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Vonis Hari Ini

4 Terdakwa Kasus Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Vonis Hari Ini

Nasional
Secepat Kilat MA Ubah Aturan Batas Usia Kepala Daerah yang Buka Jalan Kaesang jadi Cagub

Secepat Kilat MA Ubah Aturan Batas Usia Kepala Daerah yang Buka Jalan Kaesang jadi Cagub

Nasional
Pakar Bicara Kesamaan Pola Putusan MA dan MK, Terganjal Syarat Pencalonan

Pakar Bicara Kesamaan Pola Putusan MA dan MK, Terganjal Syarat Pencalonan

Nasional
Momen Jokowi Ngemal di Sumsel, Ajak Bocah Makan 'Snack' di Mejanya

Momen Jokowi Ngemal di Sumsel, Ajak Bocah Makan "Snack" di Mejanya

Nasional
Pansel Capim KPK: Komposisi Dianggap Bermasalah, Diingatkan Jangan Loloskan Calon Titipan

Pansel Capim KPK: Komposisi Dianggap Bermasalah, Diingatkan Jangan Loloskan Calon Titipan

Nasional
Perkuatan Komando dan Interoperabilitas di Kawasan Laut China Selatan

Perkuatan Komando dan Interoperabilitas di Kawasan Laut China Selatan

Nasional
Penguntitan Jampidsus Dianggap Selesai, Anggota Densus Tidak Disanksi

Penguntitan Jampidsus Dianggap Selesai, Anggota Densus Tidak Disanksi

Nasional
Pansel Capim KPK 2024-2029 Didominasi Unsur Pemerintah

Pansel Capim KPK 2024-2029 Didominasi Unsur Pemerintah

Nasional
Putusan MA Miliki Modus Sama dengan Putusan MK, Kali Ini Karpet Merah untuk Kaesang?

Putusan MA Miliki Modus Sama dengan Putusan MK, Kali Ini Karpet Merah untuk Kaesang?

Nasional
Perludem: Putusan MA Keliru, Mencampur Aduk Syarat Calon dan Calon Terpilih

Perludem: Putusan MA Keliru, Mencampur Aduk Syarat Calon dan Calon Terpilih

Nasional
Pemerintah Arab Saudi Perketat Jalur Masuk Mekkah, Antisipasi Jemaah Haji Ilegal

Pemerintah Arab Saudi Perketat Jalur Masuk Mekkah, Antisipasi Jemaah Haji Ilegal

Nasional
Bawaslu Minta Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Tertib Cuti

Bawaslu Minta Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Tertib Cuti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com