Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anwar Saragih
Peneliti

Kandidat Doktor Ilmu Politik yang suka membaca dan menulis

Partai Golkar dan Bola Panas yang Ditinggalkan Cak Imin di Koalisi Prabowo

Kompas.com - 06/09/2023, 10:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUHAIMIN Iskandar (Cak Imin) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pergi tanpa pamit dari koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Golkar yang digalang bakal capres Prabowo Subianto.

Jaraknya hanya dua tiga hari dari pidato politik Prabowo yang mengumumkan secara resmi nama koalisinya, yaitu Koalisi Indonesia Maju, di acara perayaan Hari Ulang Tahun PAN ke-25 di Jakarta pada 28 Agustus 2023.

Cak Imin sepertinya sudah memahami kedudukannya meraih posisi cawapres mulai berat ketika deklarasi kerja sama empat partai politik koalisi besar Prabowo itu dibacakan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta pada 13 Agustus 2023.

Sebab, bukan hanya dirinya yang menginginkan kursi cawapres, sudah barang tentu PAN dan Partai Golkar juga mengincar tempat yang sama.

Adapun PAN mengusung nama Erick Thohir, sementara Partai Golkar menyodorkan nama ketua umumnya Airlangga Hartarto. Keduanya memiliki keunggulan komparatif dibanding Cak Imin.

Erick Thohir memiliki kekuatan finansial dan jaringan luas yang bisa didistribusikan bukan hanya untuk kebutuhannya dalam proses kandidasi menjadi cawapres, tapi juga membiayai perjuangan politik PAN di Pemilu 2024.

Apalagi beberapa polling di pelbagai lembaga survei dalam beberapa waktu terakhir, nama Erick Thohir kerap berada di posisi teratas sebagai cawapres potensial Pilpres 2024.

Sementara, Airlangga adalah Ketua Umum Partai Golkar yang memiliki basis elektoral kepartaian kuat. Adapun Partai Golkar merupakan partai kedua dengan perolehan kursi terbanyak setelah PDI Perjuangan, yaitu 85 kursi di DPR RI.

Dua hal ini yang menjadi pertimbangan Cak Imin kala mengambil keputusan cepat menginggalkan Prabowo.

Meski Cak Imin dan PKB disebut-sebut oleh lembaga survei sebagai kandidat dan partai politik potensial di basis-basis pemilih Nahdliyin, khususnya Jawa Timur yang merupakan wilayah dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) nomor dua terbesar di Indonesia, Cak Imin tidak ingin mengambil risiko lebih bilamana dirinya gagal menjadi cawapres.

Lebih lagi, Cak Imin tidak ingin masuk dalam skenario ideal yang jamak dipergunakan dalam proses kandidasi Pilpres dengan konsensus pasangan Jawa dan non-Jawa.

Asumsinya adalah Prabowo bersuku Jawa, sementara Cak Imin juga bersuku Jawa. Pada proposisi ini, pasangan Prabowo-Erick Thohir (non-Jawa) akan dianggap lebih ideal daripada pasangan Prabowo-Cak Imin.

Selain itu, Cak Imin tidak ingin pula masuk dalam skenario kuantitatif yang membandingan suara partai dalam menentukan posisi capres dan cawapres dalam proses kandidasi.

Asumsinya adalah meski kursi Partai Golkar (85 kursi) lebih banyak dari kursi Partai Gerindra (78 kursi) di DPR RI, tetapi secara nasional, perolehan suara Partai Gerindra lebih tinggi daripada Partai Golkar.

Suara Partai Gerindra 17.596.839 suara, sementara Partai Golkar sebanyak 17.229.789 suara.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sita Rumah Mewah yang Dibeli Anak Buah SYL di Parepare

KPK Sita Rumah Mewah yang Dibeli Anak Buah SYL di Parepare

Nasional
PDI-P Anggap Wajar Jokowi Bertemu dengan Puan

PDI-P Anggap Wajar Jokowi Bertemu dengan Puan

Nasional
MK: Anwar Usman Tetap Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

MK: Anwar Usman Tetap Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

Nasional
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Singgung soal Konsep 'Link and Match'

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Singgung soal Konsep "Link and Match"

Nasional
MK Didesak Larang Anwar Usman Putus Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya

MK Didesak Larang Anwar Usman Putus Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya

Nasional
Try Sutrisno Peringatkan Prabowo Jangan Ceroboh Tambah Kementerian

Try Sutrisno Peringatkan Prabowo Jangan Ceroboh Tambah Kementerian

Nasional
Kakak SYL Disebut Dapat Duit Rp 10 Juta Per Bulan dari Kementan

Kakak SYL Disebut Dapat Duit Rp 10 Juta Per Bulan dari Kementan

Nasional
PDI-P Tak Bakal Cawe-cawe dalam Penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran

PDI-P Tak Bakal Cawe-cawe dalam Penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Saksi Sebut Pedangdut Nayunda Nabila Dititip Kerja di Kementan jadi Asisten Anak SYL

Saksi Sebut Pedangdut Nayunda Nabila Dititip Kerja di Kementan jadi Asisten Anak SYL

Nasional
Gerindra: Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet

Gerindra: Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet

Nasional
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Dorong Pelibatan Unit Kerja Kreatif

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Dorong Pelibatan Unit Kerja Kreatif

Nasional
Cegah Jual Beli Suara, Perludem Minta MK Lanjutkan Sengketa PPP-Partai Garuda ke Pembuktian

Cegah Jual Beli Suara, Perludem Minta MK Lanjutkan Sengketa PPP-Partai Garuda ke Pembuktian

Nasional
Minta Pejabat Kementan Beli Mikrofon Rp 25 Juta, SYL: Saya Pinjam Dek

Minta Pejabat Kementan Beli Mikrofon Rp 25 Juta, SYL: Saya Pinjam Dek

Nasional
Zulhas Sebut Para Mendag APEC 2024 Sepakat Dorong Digitalisasi dalam Perdagangan di Era Modern

Zulhas Sebut Para Mendag APEC 2024 Sepakat Dorong Digitalisasi dalam Perdagangan di Era Modern

Nasional
Bantah Tak Solid, Elite PDI-P Sebut Semua Kader Boleh Berpendapat Sebelum Megawati Ambil Keputusan

Bantah Tak Solid, Elite PDI-P Sebut Semua Kader Boleh Berpendapat Sebelum Megawati Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com