“Bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik Partai Nasdem dan PKB untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Persetujuan ini dilakukan secara sepihak atas inisiatif Ketum Nasdem, Surya Paloh,” ucap Riefky.
Namun demikian, keputusan itu tak langsung disampaikan Anies ke Demokrat dan PKS, dua partai yang mendukungnya sebagai bakal capres. Anies justru mengutus juru bicaranya, Sudirman Said, untuk bicara ke kedua partai, sehari setelahnya atau Rabu (30/8/2023),
Demokrat pun mengaku dipaksa menerima keputusan itu. Demokrat menilai, penunjukan Muhaimin sebagai cawapres merupakan bentuk pengkhianatan Nasdem dan Anies atas piagam pembentukan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Baca juga: Dituduh Berkhianat Ajukan Duet Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Model Saya Bakat Sebagai Pengkhianat?
Dalam piagam itu disebutkan, Nasdem, Demokrat, dan PKS sepakat untuk berkoalisi dan memberikan mandat pada Anies untuk menentukan bakal cawapres sendiri.
Riefky bahkan mengeklaim, pada 14 Juni 2023, Anies sebenarnya sudah menunjuk Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai pendampingnya pada Pilpres 2024. Namun, tiba-tiba saja situasi berubah drastis.
“Pengkhianatan terhadap apa yang telah disampaikan sendiri oleh capres Anies Baswedan yang telah diberikan mandat untuk memimpin Koalisi Perubahan,” ucap Riefky.
Tak lama, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh buka suara. Surya menyebutkan, Muhaimin belum resmi menjadi bakal cawapres Anies. Namun, ia tak menampik kemungkinan itu bisa terjadi.
“Kemungkinan ke arah itu bisa saja terjadi. Tapi saya pikir itu belum terformalkan sedemikian rupa sampai menit ini. Kita tunggu perkembangan 1-2 hari ini,” ujar Surya di Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Namun demikian, Surya membantah tudingan Demokrat yang menyebut dirinya mengambil keputusan sepihak soal wacana duet Anies-Muhaimin.
“Kalau persetujuan dalam arti kata mengangguk-angguk saja itu kan belum tuntas sepenuhnya,” tutur dia.
Surya pun mengaku tak ingin Demokrat hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Namun, dia juga bakal menghormati sikap Demokrat seandainya ke depan memilih jalan berbeda.
“Saya hormati, apa lagi yang harus saya katakan? Kalian lihat, model saya ini kira-kira ada bakat sebagai pengkhianat atau tidak?” imbuh dia.
Kompas.com juga mencoba menemui Muhaimin di kediamannya di Jalan Widya Chandra 4 Nomor 23, Jakarta Selatan, Kamis (31/8/2023) malam. Namun, saat dikonfirmasi terkait kabar dirinya jadi bakal cawapres Anies, Muhaimin bungkam.
Wakil Ketua DPR RI itu keluar dari rumah mengenakan kopiah dan baju koko berwarna putih. Ia bergegas menaiki mobil Honda Odyssey berwarna hitam dengan pelat B 2919 TRM.
Ketika disapa oleh awak media, pria yang biasa disapa Cak Imin tersebut sempat membuka jendela, sebelum mobil yang membawanya tancap gas. Tak diketahui ke mana Muhaimin pergi.
Baca juga: Surya Paloh Tetapkan Muhaimin Cawapres Anies, Demokrat: Keputusan Sepihak!
Di sisi lain, PKS tampak tak terlalu ambil pusing dengan kabar tersebut. Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri mengatakan, pihaknya masih menunggu pernyataan resmi dari Anies perihal ini.
“Nanti nunggu konferensi pers Pak Anies dulu. Kalau Pak Anies sudah selesai konpers, baru kita komentari. Selama dia belum bicara, kita tahan,” ujar Mabruri saat dihubungi awak media, Kamis (31/8/2023) malam.
Sementara, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengaku, partainya memilih berprasangka baik atas desas-desus ini. PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan tersebut mengaku belum menentukan sikap.
"Husnuzan dulu saja, masih tahap awal," kata Mardani saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta, Kamis (31/8/2023) malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.