Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggabungkan Ganjar dan Anies Dinilai Bisa Rusak Kedua Belah Pihak

Kompas.com - 24/08/2023, 09:10 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, wacana menggabungkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan untuk Pemilu Presiden 2024 tidak menguntungkan kedua belah pihak. 

Para elite partai politik masing-masing kubu sebaiknya berpikir ulang untuk mewacanakan penggabungan keduanya.

"Penggabungan Ganjar Anies bisa merusak kedua belah pihak. PDI-P akan ditinggalkan pemilih karena sejauh ini loyalis mereka anti pada Anies Baswedan. Sebaliknya Anies akan kehilangan dukungan karena mereka juga anti PDI-P," kata Dedi kepada Kompas.com, Kamis (24/8/2023).

Lontaran menggabungkan Ganjar dan Anies dianggap sebagai sikap putus asa karena merasa sudah ditinggal pemilih yang pro terhadap Joko Widodo (Jokowi). Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi belakangan disebut-sebut mendukung bakal capres Prabowo Subianto, bukan Ganjar.

Baca juga: Respons Wacana Duet dengan Ganjar, Anies: Jadi Koalisi Dulu, Baru Ada Pembahasan

Sementara itu, Dedi melihat apa yang dilakukan Anies sudah benar karena kini berada di kubu kontra kekuasaan.

"Anies sendiri tidak berbagi ceruk suara dengan siapapun, sementara Ganjar harus berbagi dan berebut dengan Prabowo," jelasnya.

Maka, menurut dia, Anies tetap harus ada di kubu saat ini yaitu berseberangan dengan kekuasaan untuk mendapat ceruk suara tersendiri.

"Jika harus ada dua kubu (Pilpres 2024), maka dipastikan Anies tetap jadi salah satunya," tambah dia.

Propaganda

Selain tidak berdampak baik bagi kedua pihak, Dedi berpendapat bahwa wacana menduetkan Ganjar-Anies juga hanya propaganda semata.

Bahkan, menurutnya, Prabowo bisa menjadi pemilik suara terbesar jika Ganjar-Anies terwujud. Sebab, jika koalisi Ganjar-Anies terbentuk justru melemahkan kekuatan diri sendiri.

Terakhir, Dedi menilai Anies perlu konsisten menguatkan koalisinya sendiri dalam menghadapi kekuatan besar kubu koalisi pendukung Jokowi, yakni kubu Ganjar dan Prabowo.

"Sebab semua masih dinamis, Jokowi terbukti mampu meluruhkan, merontokkan suara Ganjar, hal ini bukan tidak mungkin bisa terjadi juga pada Prabowo," imbuhnya.

Baca juga: Matematika Politik Ambyar Penyatuan Ganjar dan Anies

Sebelumnya, wacana penggabungan Ganjar-Anies diungkap pertama kali oleh Ketua DPP PDI-P Said Abdullah.

Said menegaskan pihaknya tak mau meremehkan bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan, meskipun bakal capres PDI-P Ganjar Pranowo memenangkan skema head to head melawan Anies versi Litbang Kompas.

Menurut Said, Anies dan Ganjar sama-sama sosok yang cerdas.

"Bagi kami, Anies Baswedan bukan kompetitor yang patut diremehkan. Beliau dengan Ganjar adalah sosok calon pemimpin yang cerdas," ujar Said saat dimintai konfirmasi, Senin (21/8/2023).

Baca juga: Tolak Duet Ganjar-Anies, Ganjarian Spartan: Kecuali Insyaf, Baru Hilalnya Terlihat

Said menjelaskan, Anies dan Ganjar merupakan satu almamater. Keduanya adalah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Maka dari itu, Said membayangkan Anies dan Ganjar bersatu pada Pilpres 2024.

"Apalagi jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan. Tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita ke depan, sama-sama masih muda, cerdas, dan energik," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com