Pekerjaan itu dilakukannya sembari menyelesaikan skripsi.
Namun, pada 2015 Winda memutuskan pindah bekerja ke Kota Surakarta. Saat itu, dia sempat merasakan culture shock karena dirinya lebih merasa cocok bekerja di daerah.
"Saya yang inget banget tuh sudah mulai tidak biasa menjadi orang Jakarta ya ? Kayak apa-apa kok harganya mahal, sudah terbiasa dengan vibes Solo (Surakarta) ya," ujar Winda.
"Jadi akhirnya saya sempat kayak, mau bekerja di Solo saja deh. Lalu sempat kerja di Solo sampai 2018. Akhirnya karena harus bolak-balik Jakarta-Solo, Jakarta-Solo, saya mendapat gaji yang lebih baik. Lalu ya sudahlah saya balik ke sini dulu," lanjut perempuan yang tinggal di Jakarta Selatan ini.
Sejak 2018 hingga sekarang Winda menjadi juru bahasa isyarat untuk tayangan berita di televisi. Selain itu dirinya juga memiliki usaha di bidang kuliner.
Penampilannya di televisi itulah yang akhirnya membawa Winda dipercaya untuk menjadi juru bahasa isyarat upacara HUT kemerdekaan RI di Istana Merdeka.
Awalnya, tugas tersebut dilakukan pada 2022, yakni saat peringatan HUT kemerdekaan ke-77 RI. Ketika itu, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang meminta dirinya menjadi juru bahasa isyarat untuk upacara.
Saat itu, penampilannya yang ekspresif juga sempat menarik perhatian warganet. Namanya pun jadi perbincangan warganet pada tahun lalu.
Baca juga: Promotor Konser Coldplay di Jakarta Sebut Akan Menyediakan Juru Bahasa Isyarat
Pengalaman itu sempat membuatnya takut. Dia khawatir nantinya warganet akan kembali mengenali penampilannya.
"Dari pengalaman tahun lalu tiba-tiba viral, terus ramai itu saya jadi ada ketakutan waduh jangan-jangan entar orang notice lagi," ujar Winda
Sehingga dia pun sempat berpikir untuk menahan diri supaya tidak terlalu ekspresif dalam menjalankan tugasnya kali ini.
"Sehingga sudah. Ah tahan (tahan ekspresi), tahan gitu," lanjut Winda seraya tertawa.
"Sebenarnya kalau untuk (mengisyaratkan) lagu, itu yang kemarin itu saya sudah berusaha untuk menahan diri agar supaya jangan sampai terlalu wah gitu," jelasnya.
Winda mengakui bahwa dirinya mungkin termasuk orang yang ekspresif saat berbicara atau menyampaikan sesuatu.
Sehingga kebiasaan tersebut terbawa ketika sedang menjadi juru bahasa isyarat.
Namun, Winda menjelaskan bahwa secara garis besar, dalam berbahasa isyarat ada tiga poin yang perlu ditekankan, yakni isyarat itu sendiri, ekspresi dan verbal.
"Jadi tiga ini yang saya pakai. Cuma mungkin karena orang mengisyaratkan beda-beda ya. Nah mungkin saya orang yang termasuk ekspresif ketika berbicara," ujar dia.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Hadir di Upacara HUT Ke-78 RI di Ponpes Al Mukmin Ngruki Sukoharjo
Selain itu, Winda juga mengadaptasi dari rekan-rekan penyandang tuli saat berkomunikasi.
"Teman-teman saya di daerah itu lebih ekspresif. Jadi saya akhirnya kayak meng-copy mereka. Caranya mereka gitu," ungkap Winda.
Ia sendiri sangat bangga dilibatkan dalam upacara di Istana Merdeka sebagai juru bahasa isyarat.
Sebab kesempatan itu tidak hanya berharga untuk menambah pengalaman bagi dirinya sendiri. Melainkan keluarganya merasa bangga karena Winda bisa jadi bagian dari upacara besar yang ditonton masyarakat di seluruh Indonesia.
"Ketika proses penerjemahan itu saya biasa saja karena saya berpikir itu adalah bagian dari pekerjaan saya. Cuman di luar itu, ketika dipanggil (pihak) dari istana pasti saya sangat bangga," tutur Winda.
"Karena ini bukan hanya pribadi saya saja yang bangga, jadi kan keluarga juga ikut pasti ada rasa, eh ini jadi bagian lho di upacara sebesar ini," kata dia.