Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkecil Tingkat Kematian saat Haji, Pengamat Minta Seleksi Jemaah Sebelum Berangkat

Kompas.com - 07/08/2023, 21:56 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat haji dan umrah, Ade Marfuddin meminta pemerintah menyeleksi secara ketat jemaah yang layak menjalankan ibadah haji tahun depan.

Hal ini berkaca pada kasus kematian haji pada tahun ini yang mencapai 773 orang berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat). Tingkat kematian ini menjadi yang tertinggi sejak 2015.

Karena itu, dia menilai, penyelenggaraan ibadah haji pada 2023 perlu dievaluasi besar-besaran.

"Saya melihat ini perlu dievaluasi besar-besaran, walaupun meninggal itu sebuah takdir Allah. Cuma permasalahannya perlu upaya-upaya yang preventif, upaya-upaya yang dilakukan sebelum berangkat, ini menjadi sebuah catatan," kata Ade saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/8/2023).

Baca juga: Update Kondisi 76 Jemaah Haji Sakit di Saudi, Keluarga Bisa Kontak Nomor Ini

Ade menyampaikan, tolok ukur layak atau tidaknya jemaah berangkat, mengacu pada hasil pemeriksaan kesehatan (medical check up). Dari hasil tersebut, pemerintah bisa menentukan siapa saja yang layak berangkat, sesuai dengan kriteria yang telah dibuat.

Kriteria ini, kata Ade, tidak pula bergantung pada umur. Pasalnya, ada derajat kesehatan seseorang tak bisa ditentukan dari situ.

"Saya terus terang tidak mempermasalahkan umur, mau 200 tahun, 150 tahun, enggak ada masalah. Karena ada orang yang sudah 85 tahun tapi masih sehat bugar," ucap Ade.

"Ada juga orang yang 45 tahun tapi dalam diagnosa dokter tidak memungkinkan untuk berangkat, bepergian, maka divonis jangan berangkat. Nah, ini yang harus dari awal diperketat," imbuhnya.

Baca juga: Kemenag: Tenggat Waktu Pencarian Jemaah Haji yang Hilang Disesuaikan dengan Ketentuan Saudi

Menurut Ade, pengaturan kelayakan jemaah perlu diimplementasi, mengingat temperatur, cuaca, dan iklim di Arab Saudi berbeda dengan Indonesia. Jemaah harus bisa beradaptasi cepat dengan perubahan yang tiba-tiba tersebut.

Di sisi lain, ada prinsip istitha'ah (kemampuan) bagi jemaah, baik kemampuan fisik maupun kemampuan finansial.

Pemerintah perlu meyakinkan bahwa berhaji adalah ibadah yang sangat menguras tenaga sehingga perlu ketahanan fisik. Tolok ukur kelayakan jemaah, kata dia, bisa dipertegas dengan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Orang itu ternyata dari sisi medis ini tidak layak berangkat. Ada istitha'ah dalam ketentuan hukum, nanti diperkuat pakai fatwa MUI yang mengikat dari sisi agama. Bahwa orang ini tidak layak berangkat, misalnya karena sudah cuci darah, dan sebagainya, dan itu bisa dikuatkan lewat fatwa," jelas Ade.

Lebih lanjut Ade menjelaskan, menyeleksi jemaah yang berangkat juga memperkecil biaya (cost) yang dikeluarkan.

Baca juga: Total 56 Jemaah Debarkasi Makassar Wafat Saat Laksanakan Ibadah Haji

Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini lantas mencontohkan, seorang manula perlu dirawat oleh dua orang petugas. Biaya untuk memberangkatkan petugas masing-masing Rp 150 juta. Dengan menyeleksi jemaah, pemerintah bisa memberangkatkan petugas sesuai kebutuhan saja.

"Jadi enggak mungkin (lansia) ke sana hanya datang berangkat naik pesawat, turun digotong, masuk kamar digotong, di sana didorong-dorong. Apa yang terjadi? Adalah beban petugas sangat tinggi di situ. Dan itu cost-nya besar, dua orang (petugas) Rp 300 juta," jelas Ade.

Sebagai informasi, jumlah jemaah haji yang wafat pada tahun ini membumbung tinggi mencapai 773 orang. Selain itu, masih ada 77 jemaah yang dirawat di RS Arab Saudi, dan 1 orang jemaah masih hilang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com