Jazilul mengindikasikan, jika Gerindra tidak jelas, PKB akan pergi dari koalisi.
Awalnya, Jazilul mengatakan, mereka mengalami cinta lokasi (cinlok) dengan Gerindra.
Walhasil, PKB dan Gerindra menandatangani kesepakatan membentuk KKIR untuk menghadapi Pemilu 2024.
"Tapi yang jelas, dengan Gerindra baru ketika Gerindra bergabung dengan pemerintahan Pak Jokowi periode akhir bersama PKB. Di pilpres belum pernah sama sekali. Tapi, sejak Agustus, kita sudah teken kontrak dengan yang baru, yang history-nya enggak terlalu lama," ujar Jazilul.
Baca juga: Ke Gerindra, Waketum PKB: Lu Enggak Jelas, Gue Lepas
Menurutnya, ketika PKB memutuskan berkoalisi dengan Gerindra, para ulama, kader hingga pengamat mempertanyakan kenapa mereka tak kunjung mendeklarasikan bakal capres-cawapres.
Jazilul menilai, Gerindra selaku partai yang termasuk baru belum terlalu paham cara menghadapi pilpres.
"Karena memang enggak tahu caranya. Masih baru, belum tahu caranya, bagaiaman cara, belum paham caranya. Sudah 11 bulan kok belum saja," katanya.
Barulah kemudian Jazilul melempar pantun kepada Gerindra.
"Ada biasanya di YouTube, YouTube itu lho. Lu 11, aku 12, lu enggak jelas, gue lepas. Kan ada begitu," ujar Jazilul.
Baca juga: PKB Curiga Ada Invisible Hand yang Bikin Cak Imin Tak Kunjung Ditunjuk Jadi Cawapres Prabowo
Kemudian, giliran Wasekjen PKB, Syaiful Huda yang mengatakan bahwa KKIR tidak bisa menang jika tanpa kehadiran PKB.
Ia mencontohkan, jika Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar gabung KKIR tanpa PKB, tetap tidak bisa mengangkat suara bakal capres Prabowo Subianto untuk menang.
"Saya sering sampaikan kalau ada partai misalnya PAN dan Golkar gabung, saya nyebutnya itu reuni 2014. Dan tidak akan berefek apa pun di mata saya bagi pemenangan di Pilpres 2024," kata Huda.
Ia mengatakan, alasan Prabowo kalah pada dua Pilpres sebelumnya karena kurangnya kurangnya elektoral di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Baca juga: Prabowo Minta Cak Imin Tak Pergi, PKB: Berarti Tahu Cak Imin Akan ke Mana-mana
Menurut Huda, sosok yang bisa memperkuat insentif elektoral Prabowo dan Gerindra hanya Muhaimin Iskandar dan PKB.
"Nah, diskusi ini yang sedang terus berlangsung antara kami dengan Gerindra, bahwa dari sekian banyak koalisi yang terbaik, menurut kita adalah PKB-Gerindra, sama-sama punya basis yang saling membutuhkan," ujarnya.