Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Megawati Bikin Gugup Penyidik Kejagung yang Usut "Kudatuli"

Kompas.com - 26/07/2023, 17:51 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejolak politik selepas peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996, atau kerap dikenal dengan julukan Kudatuli, berimbas kepada banyak kalangan.

Sejumlah aktivis muda sampai pentolan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Megawati Soekarnoputri, menjadi target operasi aparat keamanan.

Setelah peristiwa itu, aparat keamanan dan intelijen mulai memburu para aktivis politik baik yang terlibat di dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD), Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID), Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jakker), serikat buruh, sampai Serikat Tani Nasional (STN).

Megawati sempat mengingat kembali peristiwa ketika dia diperiksa oleh Kejaksaan Agung selepas peristiwa kerusuhan 27 Juli.

Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 dan Kebungkaman Megawati

Kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.KOMPAS/JULIAN SIHOMBING Kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.

Hal itu dia utarakan saat memberikan pidato politik dalam peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-50 PDI-P di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada 10 Januari 2023 lalu.

Dalam pidato itu, Megawati merasa bingung dengan sikap pemerintah Orde Baru yang sangat mencampuri urusan internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang menjadi cikal bakal PDI-P.

Padahal menurut Megawati, dia secara sah dan diakui sebagai Ketua DPP PDI periode 1993 sampai 1998 berdasarkan Musyawarah Nasional pada 1993.

Akan tetapi, pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto justru mendukung PDI kubu Soerjadi yang akhirnya memicu konflik internal.

Baca juga: Gelar Tabur Bunga Kenang Kudatuli, PDI-P Minta Peristiwa Tersebut Diusut Tuntas

Akibat konflik di tubuh PDI yang merembet hingga ke panggung politik nasional memicu insiden Kudatuli. Akan tetapi, peristiwa itu juga yang menjadi rangkaian pergolakan politik Indonesia sampai akhirnya rezim Orde Baru berakhir akibat gerakan reformasi pada 1998.

Setelah peristiwa Kudatuli, pemerintah menuduh PRD sebagai dalang kerusuhan. Hal itu pun dibantah oleh para aktivis PRD yang bersembunyi tetapi tetap bergerak secara sembunyi-sembunyi.

"Sebenarnya bingungnya ini totocoro (cara) apa ini? Lha iya lah, saya dibawa polisi ditanyai segala macam, dibawa ke Kejaksaan," kata Megawati.

Megawati kemudian mengingat kembali saat-saat dia diperiksa oleh Kejaksaan Agung sebagai saksi untuk tersangka delik subversi yakni Budiman Sudjatmiko dan Muchtar Pakpahan.

Baca juga: Komnas HAM Disebut Belum Pernah Rekomendasikan Peristiwa Kudatuli sebagai Pelanggaran Berat HAM

Setelah reformasi, Budiman memilih meninggalkan PRD dan menjadi politikus PDI-P.

Megawati memenuhi panggilan pemeriksaan Kejagung pada 10 September 1996. Dia dicecar sejumlah pertanyaan sejak pagi oleh penyidik Kejagung.


Putri dari mendiang Presiden Ir. Soekarno itu harus menghadapi berondongan pertanyaan penyidik Kejagung sampai 10,5 jam.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com