Bung Karno juga mendapatkan pola asuh dari kedua orangtuanya yang sangat ideal, sebagaimana dituturkannya sendiri, “Dari ibu mendapatkan kehangatan dan romantisme, dari ayah mendapatkan pelajaran disiplin dan belajar keras. Aku tidak punya apa-apa di dunia ini selain dari pada ibu, aku melekat kepadanya karena ia adalah satu-satunya sumber pelepas kepuasan hatiku. Bapakku seorang guru yang keras 'Hayo, Karno hafal ini luar kepala: Ha-Na-Ca-Ra-Ka… Hayo, Karno hafal ini: A-B-C..., Hayo Karno ulangi abjad..., Hayo Karno baca ini..., Karno tulis itu..."
Dalam hal Pendidikan keluarga, sekarang ini banyak anak-anak yang menjadi “yatim piatu” dalam arti tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan pendidikan seperti yang Soekarno dapatkan waktu kecil dari kedua orangtuanya.
Menginjak dewasa maka mulailah Bung Karno mengukir kehidupannya sendiri yang dimulai dari: pertama, mimpi.
Para pemimpin adalah para pemimpi. Mimpi besar Soekarno adalah kemerdekaan Indonesia, dan ini tervisualisasi sangat jelas dalam tulisan-tulisannya.
Mimpi kemerdekaan inilah yang mengarahkan hidupnya sehingga pikiran, hati, dan jiwanya terbawa dalam tarikan nafas dan aliran darahnya.
Tragedi bangsa Indonesia yang sedang terjadi sekarang adalah para murid sekolah, mahasiswa, periset, politisi, dan pejabat tidak memiliki mimpi-mimpi besar sehingga Indonesia tak kunjung menjadi bangsa besar.
“Jikalau kita ingin mendidik rakyat Indonesia ke arah kebebasan dan kemerdekaan, jikalau kita ingin mendidik rakyat Indonesia menjadi tuan di atas dirinya sendiri, maka pertama-tama haruslah kita membangun-bangunkan dan membangkit-bangkitkan dalam hati sanubari rakyat Indonesia itu punya roh dan semangat menjadi roh-merdeka dan semangat-merdeka yang sekeras-kerasnya, yang harus pula kita hidup-hidupkan menjadi api kemauan merdeka yang sehidup-hidupnya! (Dibawah Bendera Revolusi I, hal. 80)
Kedua, literasi. Soekarno adalah kutu buku, apa arti seorang Soekarno tanpa buku? Bukulah yang menjadikannya manusia besar.
“Kenyataan-kenyataan yang kulihat dalam duniaku yang gelap hanyalah kehampaan dan kemelaratan. Karena itu aku mengundurkan diri kedalam apa yang dinamakan orang Inggris dunia pemikiran.”
"Buku-buku menjadi temanku. Dengan dikelilingi oleh kesadaranku sendiri aku memperoleh kompensasi untuk mengimangi diskriminasi dan keputusasaan yang terdapat di luar. Dalam dunia kerohanian dan dunia yang lebih kekal inilah aku mencari kesenanganku. Dan di dalam itulah aku dapat hidup dan sedikit bergembira.”
Ketiga, determinasi atau tekad yang kuat. Tekadnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bagaikan batu karang yang tidak pernah goyah di tengah hantaman badai dan ombak.
Intimidasi, tekanan, pengadilan, penjara, dan pembuangan adalah ongkos yang harus dibayar untuk merealisasikan mimpi dan tekad untuk merdeka.
“Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya sendiri’. Firman Tuhan inilah gitaku, firman Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu: Berjuang, berusaha, membanting tulang, memeras keringat, mengulur-ulurkan tenaga, aktif, dinamis, meraung, menggeledek, mengguntur, dan selalu sungguh-sungguh tanpa kemunafikan, ikhlas berkorban untuk cita-cita yang tinggi.” (Dibawah Bendera Revolusi II, hal. 596).
Keempat, kontribusi. Kontribusi bisa dalam bidang apa saja sesuai dengan talenta atau kapasitas masing-masing, apakah itu finansial, kepemimpinan, atau pemikiran.
Kontribusi besar Bung Karno jelas dalam bidang kepemimpinan atau politik dan pemikiran. Pancasila, marhaenisme, berdikari, demokrasi terpimpin adalah beberapa hasil inovasinya dalam bidang ideologi dan politik.
Kontribusi dalam bidang pemikiran ini yang utama karena semua berawal dari alam pikiran. "Anda adalah apa yang Anda pikirkan," kata Doug Hooper.
Itulah tetralogi kebesaran Bung Karno yang harus dipamai dan diamalkan oleh segenap bangsa Indonesia, supaya menjadi bangsa yang besar dan berdikari.
Nilai-nilai universal ini akan senantiasa merangsang ingatan bangsa Indonesia tentang kebesaran Bung Karno sepanjang masa.
Memasyarakatkan, mentrainingkan, atau me-roadshow-kan ajaran, konsepsi, dan jalan hidup Bung Karno secara masif dampaknya akan lebih abadi dalam imajinasi dan terpateri dalam sanubari rakyat Indonesia, dan dijamin tidak akan menuai kontroversi seperti pembuatan patungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.