Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICJR: Gas Air Mata Kedaluwarsa yang Digunakan dalam Tragedi Kanjuruhan Lebih Beracun

Kompas.com - 01/07/2023, 08:17 WIB
Singgih Wiryono,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Riset yang disusun Institute For Criminal Justice Reform (ICJR) bersama Aliansi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Kepolisian menyebut, penggunaan gas air mata kedaluwarsa dalam tragedi Kanjuruhan lebih beracun dan bisa berubah menjadi gas sianida.

Temuan riset ini berbanding terbalik dengan keterangan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo yang sebelumnya mengatakan senyawa gas air mata yang kedaluwarsa menyebabkan zat kimianya semakin menurun.

ICJR membandingkan kasus serupa yang terjadi dalam aksi unjuk rasa di Venezuela 2014. Penggunaan gas air mata kedaluwarsa saat itu disangka menurunkan evektivitas gas air mata.

Namun, berdasarkan penelitian ahli kimia Monica Krauter dari Simon Bolivar University, ditemukan hal sebaliknya.

"Justru penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa dapat terurai menjadi gas sianida, fosgen, dan nitrogen, membuatnya jauh lebih berbahaya dan beracun bagi manusia," tulis riset ICJR dikutip Kompas.com, Jumat (30/6/2023).

Baca juga: Komnas HAM Diminta Lakukan Penyelidikan Ulang Tragedi Kanjuruhan

ICJR juga menjabarkan dampak gas yang disebut menjadi perubahan wujud gas air mata yang kedaluwarsa.

Gas sianida misalnya, orang yang terpapar dalam jumlah kecil bisa saja terlarut dengan mudah oleh selaput lendir. Beda soal dengan orang yang terpapar dalam jumlah besar.

"Sel tubuh akan sulit menggunakan oksigen untuk menjalankan fungsi dan merusak berbagai organ tubuh," tulis riset ICJR.

Kemudian, gas fosgen yang ditengarai bisa menyebabkan sesak napas, batuk, dan mengganggu fungsi jantung.

Hasil riset ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan asosiasi dokter di Kashmir, India yang menyebutkan penggunaan gas air mata kedaluwarsa bisa mengakibatkan luka bakar, gejala asma, kejang, kebutaan, dan risiko keguguran.

Riset lainnya yang memperkuat dugaan gas air mata kedaluwarsa lebih berbahaya diungkap oleh Ahl Direktur Medis di Pregon Poison Center, Dr. Rob Hendrickson.

Baca juga: Cegah Tragedi Kanjuruhan Terulang, Kemenkeu Diminta Hapus Anggaran Belanja Gas Air Mata

Menurut ICJR, Rob meneliti penggunaan gas air mata kedaluwarsa yang pernah terjadi di Portland, Oregon dan menemukan hal yang sama, yaitu penggunaan gas air mata kedaluwarsa lebih berbahaya.

Ada dua alasan saat itu disebut lebih berbahaya. Pertama, mekanisme pembakaran dalam tabung kedaluwarsa dapat rusak dan menyebabkan gas keluar terlalu cepat atau pada konsentrasi yang terlalu cepat.

Kedua, komponen kimia gas dapat berubah melewati tanggal kedaluwarsa.

"Atas bermasalahnya penggunaan gas air mata oleh polisi yang berulang tersebut, sepatutnya presiden RI mengusut dan mengevaluasi penggunaan kekuatan dan tindakan kepolisian selama ini, termasuk penggunaan senjata kimia yaitu penggunaan gas air mata agar tidak lagi hal ini dianggap lazim," tulis ICJR.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Nasional
Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Nasional
Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Nasional
Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com