JAKARTA, KOMPAS.com - Pagi itu, 3 Februari 1998, tak ada kecurigaan di diri Desmond Junaidi Mahesa. Dia beraktivitas seperti biasa di kantornya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.
Desmond yang kala itu menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) mengaku didatangi 8-10 orang pada pukul 02.30 WIB dini hari. Pagi harinya, sekitar pukul 08.00 WIB, kembali datang orang tak dikenal.
Namun, Desmond mengaku tak menaruh prasangka. Dia tak menyangka bahwa pagi itu menjadi hari di mana dia diculik.
Baca juga: Politisi Gerindra Desmond J Mahesa Meninggal Dunia
"Kemudian, saya keluar kantor naik bus nomor 06 sampai di Kampung Melayu," kisah Desmond kepada Harian Kompas, 13 Mei 1998.
"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata. Sesudah ditodong, saya bergerak, kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang. Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," papar dia.
Selanjutnya, Desmond mengaku diborgol, matanya ditutup kain hitam. Selama tiga jam, ia diinterogasi tentang aktivitasnya.
"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel. Di situ sudah ada Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading," demikian kesaksian Desmond saat itu.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Desmond J Mahesa Sempat Mengeluh Sesak Napas
Setelah sehari Desmond ditahan, aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) Pius Lustrilanang masuk, disusul aktivis Haryanto Taslam.
Menurut Desmond, ada tawaran yang diberikan penculik kepadanya. Ia diminta mengaku bersembunyi di Garut.
Namun, kala itu Desmond mengajukan skenario lainnya: pergi ke Irian Jaya untuk melakukan penelitian.
Selama diculik, Desmond mengaku mendapatkan dua buah selimut, celana pendek berwarna biru dan jingga, serta tas berwarna hijau muda.
"Setiap orang yang ditahan diberi celana pendek, ada berwarna biru dan jingga. Selain itu saya juga diberi tas berwarna hijau muda," katanya.
Pada malam hari, seusai makan malam, Desmond menjalani pemeriksaan secara bergantian. Saat pemeriksaan, matanya ditutup kain hitam.
Menurut Desmond, pemeriksaan hanya dilakukan pada malam hari hingga dia dibebaskan pada 3 April 1998.
Desmond baru dilepaskan dua bulan setelahnya. Saat dibebaskan, dia dibawa dengan menggunakan mobil.