Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Proporsionalitas Politik Kasus Johnny G Plate

Kompas.com - 19/05/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Risikonya, setiap gerak-gerik hukum dari penegak hukum akan selalu disikapi dengan skeptis oleh publik karena diasumsikan bahwa penegak hukum sedang bekerja untuk kepentingan para pihak dari arena politik, dan bukan atas kepentingan penegakan hukum.

Seperti kata Profesor Sejarah, Mary Frances Berry, "When you have police officers who abuse citizens, you erode public confidence in law enforcement. That makes the job of good police officers unsafe."

Substansi inilah yang harus dijaga, baik oleh Istana maupun oleh penegak hukum kita.

Pun bagi pihak politik dari mana Johnny G Plate berasal. Surya Paloh dan Partai Nasdem harus berhenti mengait-ngaitkan proses penyidikan Johnny G Plate dengan Pilpres 2024 atau dengan tudingan penjegalan Anies Baswedan pada Pilpres mendatang, demi meraih simpati publik.

Karena asumsi-asumsi negatif semacam itu justru memperburuk suasana penegakan hukum kita ke depannya.

Secara politik, Partai Nasdem dan Surya Paloh harus tetap percaya diri dengan pencalonan Anies yang telah mereka perjuangkan selama ini, dengan tetap memperjuangkan kepentingan kemenangan Anies Baswedan di ranah politik elektoral, bukan di ranah hukum positif.

Artinya, Nasdem harus dengan tegas memisahkan antara pembelaan hukum untuk Johnny G Plate dengan upaya-upaya pemenangan Anies Baswedan di pentas politik.

Nah, jika kedua "King Maker" ini, baik Jokowi maupun Surya Paloh, bisa tetap bersikap proporsional terkait dengan kasus Johnny G Plate, sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas, maka kita sebagai masyarakat layak untuk tetap menyimpan keyakinan dan optimisme di dalam hati kita bahwa proses politik elektoral yang akan kita lalui nanti, pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres), adalah proses politik yang "legitimate" di satu sisi dengan "hasil" yang juga "legitimate" di sisi lain.

Alias tanpa disisipi upaya-upaya main kayu yang tidak etis secara moral yang berpotensi merontokkan kepercayaan publik kita atas institusi elektoral yang ada di negeri ini di masa-masa mendatang.

Yang jelas, dengan terjeratnya salah satu elit politik penting dari Partai Nasdem, yang notabene juga sedang mengemban amanah di dalam jajaran kabinet Jokowi, akan menambah beban Partai Nasdem saat berhadapan dengan pemilih nanti.

Caleg-caleg dari Nasdem, terima atau tidak, akan ikut menanggung beban tersebut, karena harus menerima fakta bahwa partainya bisa saja akan semakin diragukan oleh publik sebagai partai yang bersih dari korupsi.

Bahkan lebih dari itu, elektabilitas Anies Baswedan pun berpotensi tergerus karena akan dicandra oleh publik sebagai kandidat calon presiden yang didukung oleh partai di mana Johnny G Plate sempat berperan penting di dalamnya.

Dengan kata lain, semakin Surya Paloh dan Partai Nasdem menggiring kasus ini ke ranah politik, sebut saja, misalnya, dengan mengarahkannya ke isu "penzaliman politik" terhadap Nasdem, maka akan menambah peluang kasus Johnny G Plate menghasilkan imbas negatif kepada Partai Nasdem jika diujung penyidikan semua tuntutan Jaksa ternyata terbukti di pengadilan.

Pasalnya, ujungnya akan diasumsikan bahwa baik Surya Paloh, Partai Nasdem, termasuk Anies Baswedan, akan berusaha melindungi Johnny G Plate dengan tameng-tameng politik yang dimilikinya. Semoga saja tidak demikian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com