Oleh karenanya, Wasisto yakin, cara-cara unik yang menarik perhatian publik semacam ini masih akan digunakan oleh partai-partai politik ke depan.
Senada dengan Wasisto, analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai bahwa momen pendaftaran caleg ini dimanfaatkan oleh partai-partai politik untuk menggunakan simbol-simbol tertentu yang sarat makna.
Namun, Kunto tak yakin pada pesan yang sebenarnya hendak disampaikan oleh para elite politik yang menunggangi dokar dan ojek online ini.
Dia tak setuju jika dokar dan ojek online mengesankan para elite politik merakyat. Sebab, dokar pada zaman dahulu justru menjadi kendaraan para priyayi.
Sementara, ojek online merepresentasikan kalangan menengah dan kelas pekerja di kota-kota besar.
Baca juga: Daftar Bacaleg di Hari yang Sama, Elite Nasdem dan PDI-P Tak Saling Bertemu
“Kecuali kalau mereka jalan kaki, naik angkutan umum, mungkin baru itu pesannya adalah pesan merakyat,” kata Kunto dalam perbincangan bersama Kompas.com, Kamis (11/5/2023).
Ketimbang simbol-simbol politik, Kunto justru menekankan pentingnya penyampaian program partai dan caleg ke para pemilih. Menurut dia, hal-hal yang substansial lebih penting bagi masyarakat di tahun politik ini.
“Ketika event ini terlalu dibesar-besarkan dan selama pesan politiknya, program politiknya nggak relate dengan masyarakat kelas bawah, ya mau naik becak sekalipun atau mau jalan kaki sekalipun jadi nggak relevan bagi pemiliknya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.