Seperti dikutip dari situs New York Post yang ditulis oleh Sam Paul pada medio Maret 2018, keluarga Amerika diketahui hanya memiliki rata-rata 37 menit quality time bersama per harinya. Sementara untuk anak usia sekolah hanya sekitar 45 menit per harinya.
Disintegrasi keluarga, individualisme, kekurangan kasih sayang, dan rusaknya nilai-nilai persaudaraan dalam institusi keluarga memang harus diperhatikan. Pemerintah manapun seharusnya hadir dengan proyek anggaran yang cukup atas masalah ini.
Seperti pengakuan ASW yang saya ceritakan di awal artikel ini, dirinya mengaku mulai menggunakan narkoba sejak keluarganya suka mengejek bahwa dirinya hanyalah anak pungut.
ASW awalnya menerima guyonan ejekan tersebut. Namun, ketika sikap keluarganya mulai terlihat mendiskreditkannya, ASW mulai mencari komunitas lain.
Dari situlah dia mulai mengenal beragam jenis narkoba, menyalahgunakannya, dan mengedarkannya.
UNODC, Badan PBB yang bertanggung jawab terhadap masalah narkoba dan kejahatan, jauh-jauh hari, tepatnya tahun 2009, telah memberikan perhatian terhadap peran institusi keluarga dalam mencegah pengaruh negatif narkoba dengan menerbitkan panduan pelaksanaan program pelatihan keterampilan keluarga.
Kampanye harmonisasi keluarga demi menjauh dari masalah keluarga seharusnya menjadi perhatian di Indonesia.
Kita harus belajar seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Kalau tidak, krisis mengerikan kematian akibat narkoba sintetik seperti opioid dan fentanil di Amerika, akan dapat menimpa Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.