JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu pendiri Partai Demokrat Achmad Mubarok tutup usia pagi ini, pukul 10.00 WIB, Kamis (4/5/2023).
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan menyatakan duka citanya atas kepergian Mubarok.
“Kita berduka kehilangan seorang tokoh dan cendikiawan,” ujar Syarief pada Kompas.com.
Adapun Mubarok aktif berkiprah saat Demokrat masih dibawah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia menjadi salah satu figur yang bekerja sama dengan SBY mendirikan Demokrat.
Pada 2001 silam, ia menjadi salah satu anggota Tim 9 yang menginisiasi pembentukan Partai Demokrat.
Baca juga: Salah Satu Pendiri Partai Demokrat Achmad Mubarok Tutup Usia
Selain Mubarok, tim tersebut berisi Vence Rumangkang, Yani Wahid, Subur Budhisantoso, Irzan Tanjung, RMH. Heroe Syswanto Ns, RF. Saragjh, Dardji Darmodihardjo, Rizald Max Rompas, dan Rusli Ramli.
Selama berkiprah aktif di partai berlambang mercy itu, kerap terjadi dinamika dalam hubungan Mubarok dengan SBY.
Saat menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat tahun 2009, Mubarok kala itu sempat mendapatkan teguran dari SBY karena menganggap Partai Golkar hanya akan memperoleh suara yang minim pada Pemilu 2009.
Hal tersebut yang menjadi alasan calon wakil presiden (cawapres) SBY belum ditentukan untuk menghadapi Pilpres 2009. Komentar Mubarok lantas dianggap menyinggung Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla.
Baca juga: Pengamat Nilai Soliditas Koalisi Perubahan Tengah Diuji Usai Golkar-PKB Temui Demokrat
“Tidak pernah terpikir untuk melecehkan Partai Golkar. Tidak ada niat dan pikiran sama sekali. Golkar adalah sahabat dekat Demokrat. Hubungan keluarga besar Golkar dan Demokrat berjalan baik. Demokrat menghormati Golkar sebagai partai senior yang tumbuh berkembang sejak Orde Baru,” sebut SBY kala itu.
Di tahun 2015, Mubarok yang telah menjabat sebagai Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat sempat ingin maju sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Ia mengaku ingin maju dalam kongres jika SBY tak lagi mencalonkan diri. Namun impian itu sia-sia karena SBY memutuskan untuk mengambil pucuk pimpinan Demokrat.
“Jika Pak SBY di kongres menyatakan tidak bersedia maju dan menunjuk beberapa calon, mungkin. Tapi kalau dia sekarang sudah menyatakan siap untuk maju, ya kongres akan lancar-lancar saja," kata Mubarok kala itu.
Baca juga: Jika AHY dan Demokrat Menang pada Pilpres, Muhaimin: Jangan Lupa Saya, Mas
Ia menganggap tak ada gunanya menjadi kompetitor SBY karena peluang kemenangannya sangat kecil.
Alasan itu akhirnya membuat Mubarok tak ikut terlibat dalam kontestasi penentuan Ketua Umum Partai Demokrat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.