Sebaliknya, Partai Nasdem yang adalah salah satu partai pengusung Jokowi di pemilu sebelumnya, malah tak tampak dalam sejumlah pertemuan para tokoh wacana Koalisi Besar.
Baca juga: Pengamat Duga Pertemuan Jokowi dan 6 Ketum Parpol Koalisi Bahas Nasib Nasdem
Menjadi semakin menarik bila dikulik lebih jauh bahwa Jokowi dalam sejumlah kesempatan sempat meng-endorse Prabowo dan Ganjar sekaligus sebagai sosok-sosok yang layak menjadi pemimpin nasional di periode berikutnya.
Bagi sejumlah kalangan, penempatan diri Jokowi dalam lobi-lobi koalisi untuk suksesi mendatang punya banyak penafsiran. Namun, penafsiran yang paling jamak adalah soal legacy, walaupun ini juga punya aneka penerjemahan.
"Kalau (legacy) program kerja, terlalu absurd. Ganti pejabat saja biasa ganti program," ujar Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, Senin (24/4/2023), tentang tafsir orkestrasi Jokowi dalam wacana koalisi ini.
Menurut Umam, yang paling masuk akal adalah kepentingan untuk proteksi ketika Jokowi telah lengser keprabon alias tidak lagi menjadi Presiden Indonesia.
"Mungkin saja Pak Jokowi takut dikuya-kuya (diperlakukan buruk, red) jika tak ada episentrum kekuasaan yang memproteksi," kata Umam.
Umam melihat ini lebih ke persoalan martabat dan nama baik keluarga Jokowi pada masa mendatang.
Di luar wacana Koalisi Besar dan pengusungan Ganjar sebagai bakal calon presiden dari PDI-P, sudah lebih dulu ada tiga wacana lain koalisi. Dalam ketiga koalisi itu tak ada klaim dukungan dari PDI-P.
Yang pertama adalah Koalisi Perubahan, berisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Bermodal 163 kursi DPR (28,4 persen) dan 31,05 perolehan suara Pemilu Legislatif 2019, mereka berencana mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024.
Lalu, ada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Motornya adalah Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dengan modal 148 kursi di DPR (25,7 persen) dan 28,9 persen perolehan suara Pemilu Legislatif 2019, ada sederet nama yang konon siap dipinang, baik untuk bakal calon presiden maupun bakal calon wakil presiden.
Di KIB antara lain ada Airlangga Hartarto dari Partai Golkar, Zulkifli Hasan dari PAN, dan belakangan Sandiaga Uno yang hengkang dari Partai Gerindra untuk bergabung ke PPP.
Wacana ketiga adalah Koalisi Indonesia Raya (KIR), dengan Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai motornya. Berbekal 136 kursi di DPR (23,7 persen) dan 25,91 persen perolehan suara di Pemilu Legislatif 2019, mereka berencana mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024.
Di luar tiga wacana itu, muncul pula orkestrasi wacana Koalisi Besar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut sebagai orang di balik orkestrasi ini. Dalam wacana Koalisi Besar, partai yang dilibatkan adalah Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.
Dengan komposisi itu, mereka memiliki bekal 284 kursi di DPR (49,4 persen) dan 54,1 persen perolehan suara di Pemilu Legislatif 2019. Penunjukan Ganjar menjadi bakal calon presiden dari PDI-P pun disebut menjadi bagian untuk mendorong partai ini bergabung dalam wacana Koalisi Besar.
Bila skenario ini benar terjadi maka modal Koalisi Besar pun melejit menjadi 412 kursi di DPR (71,7 persen) dan 78,48 persen perolehan suara di Pemilu Legislatif 2019.
Sejauh ini, deklarasi pengusungan Ganjar sebagai bakal calon presiden dari PDI-P di Pemilu Presiden 2024 baru mendatangkan kepastian dukungan dari PPP di antara partai pemilik kursi DPR. Dukungan lain yang sudah dideklarasikan barulah dari Partai Hanura dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tak punya kursi di DPR.
Dari pemetaan awal berdasarkan wacana-wacana koalisi yang sudah ada, KIB hampir pasti terkoyak, meski masih punya cukup dukungan seandainya tetap hendak menjadi poros tersendiri, untuk sementara ini. Adapun posisi wacana Koalisi Perubahan dan KIR relatif tidak banyak riak hingga tulisan ini tayang.
Baca juga: Setelah Bertemu Muhaimin, AHY Pastikan Demokrat Tetap di Koalisi Perubahan
Terus ikuti perkembangan lobi-lobi politik menjelang Pemilu 2024 ini, antara lain lewat tautan liputan khusus Menuju Pemilu 2024 di Kompas.com.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI