Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aznil Tan
Direktur Eksekutif Migrant Watch

Direktur Eksekutif Migrant Watch

May Day: Mencari Sosok Capres 2024 Bervisi Ketenagakerjaan Generasi Z

Kompas.com - 01/05/2023, 08:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengisi lapangan pekerjaan high skill memang dibutuhkan keahlian pekerja, seperti engineer, dokter, peneliti, managerial, akuntan, programer, teknisi hight tech dan sebagainya. Lapangan pekerjaan tersebut, pekerja Indonesia sering kalah kompetensi dengan SDM negara lain.

Biasanya, untuk job pekerja high skill diisi SDM dari negara-negara Eropa, Kanada, Amerika Serikat. Negara tersebut memberi investasi besar dalam pendidikan dan pelatihan.

Seperti Swiss, pemudanya lebih memilih menghabiskan pendidikan dengan pembagian waktu antara sekolah, kursus dan terjun langsung dalam lingkungan kerja selama tiga hingga empat tahun. Hal ini memungkinkan mereka menerima upah dan pengalaman penting bagi dunia kerja.

Strategi peluang kerja yang realitas direbut Indonesia dalam kondisi sekarang, sambil jalan mencetak pekerja berketerampilan tinggi, adalah kelompok pekerja middle skill dan kelompok pekerja low skill.

Selain ketersediaan lapangan pekerjaan bagi kelompok tersebut banyak dibutuhkan di dalam dan luar negeri, juga bisa dijadikan alih teknologi.

Desain sistem Ketenagakerjaaan generasi baru

Sistem hubungan ketenagakerjaaan adalah peradaban tua di dunia. Sejak mamusia membangun peradaban, di situlah terbentuk sistem ketenagakerjaaan.

Generasi Ketenagakerjaan sudah mengalami evolusi sejak zaman neolitikum sampai pada peradaban digital sekarang.

Namun sistem ketenagakerjaaan Indonesia masih tertinggal dengan sistem ketenagakerjaaan negara-negara maju. Terutama dalam hal kesejahteraan dan pertumbuhan berkelanjutan masih terbelakang.

Permasalahan ketenagakerjaan Indonesia masih berkutat persoalan upah rendah. Dari rilis Salary Explorer, berdasarkan survei tahun 2023 bahwa gaji rata-rata karyawan di Indonesia minimum bertengger di angka Rp 3.070.000 per bulan.

Gaji diterima oleh pekerja Indonesia belum bisa mendongkrak kesejahteraan sebagian besar pekerja. Nilai gaji Indonesia sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara maju di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Brunei. Apalagi dengan negara-negara Eropa.

Sebagai gambaran, jadi pembantu rumah tangga di Indonesia digaji berkisar antara Rp 1,5 juta. Sementara di Kanada bisa mendapat gaji hingga Rp 100.000 per jam.

Seorang tukang sampah di Inggris bisa mendapat gaji hingga lebih dari Rp 25 juta per bulan. Polisi dan Tentara di negara luar bisa digaji Rp 25 juta per bulannya.

Selain masalah gaji yang masih rendah, Indonesia masih lemah dalam jaminan sosial. Senior Social Protection Specialist ILO for East and South East Asia and the Pacific menyatakan bahwa sistem jaminan sosial di Indonesia sangat memprihatinkan.

Pengembangan asuransi dan dana pensiun, Indonesia butuh desain dari Capres 2024 yang membawa lompatan tinggi.

Hingga saat ini, Indonesia baru menerapkan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKm), dan Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kehilang Kerja (JKP), termasuk Jaminan Pensiun (JP) di bawah BPJS Ketenagakerjaan.

Pembenahan pelayanan jaminan sosial buat Pekerja Migran Indonesia dibutuhkan desain yang membawa terobosan pelindungan terhadap jaminan sosial. PMI kontrak kerjanya berkisar 2 - 3 tahun perlu dipikirkan program jaminan sosial pascakerja.

Program Digitalisasi Pelayanan Publik Ketenagakerjaan

Presiden Jokowi masa kepemimpinannya selalu mengaungkan digitalisasi dalam pelayanan publik. Namun implementasinya masih lari di tempat.

Dalam dunia ketenagakerjaan, sistem online dibuat oleh Kementerian Tenaga Kerja masih copy paste sistem lama. Tidak ada terobosan berarti dalam pelayanan Ketenagakerjaan.

Meski sistem online Siap Kerja diluncurkan Kemnaker, namun porsi proses pelayanan masih dominan dilakukan secara konvensional (offline).

Sistem online dibuat tidak terintegrasi kepada stakeholder. Masing-masing punya sistem online sendiri yang saling bertabrakan (overlapping) karena ego sektoral

Digitalisasi pelayanan publik dibutuhkan dalam dunia ketenagakerjaan untuk mempermudah pelayanan, memangkas biaya tinggi dan menciptakan transfaransi, serta pelindungan pekerja.

Pencari kerja, terutama Pekerja Migran Indonesia masih dihadapi pelayanan publik berbelit-belit, bahkan cenderung mengarah menghambat PMI bekerja.

Capres RI kedepan harus mengeksekusi program digitalisasi pelayanan publik. Ini akan mengubah wajah pemerintah Indonesia yang selama ini dikenal sebagai negara korup, kolusi dan nepotisme akan menjadi negara modernis, bersih dan cepat.

Masih banyak permasalahan ketenagakerjaan Indonesia yang butuh penyelesaian dari pemimpin selanjutnya.

Lahirnya Visi Sistem Ketenagakerjaaan Generasi Z adalah sebuah Visi Ketenagakerjaan membangun 4 pilar di atas. Sebuah produk generasi terbaru yang keluar dari cara sistem ketenagakerjaaan yang sudah ketinggalan zaman.

Selamat May Day!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com