Pasca ditinggalkannya PPP dengan bergabung ke PDI-P, dan prediksi saya menyusul kemudian PAN, bagaimana kondisi rancang bangun KIB terkiwari? Apakah Golkar ikut melebur bersama PDI-P dan Hanura serta PSI menyusul PPP dan PAN?
Pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Perindo, Hary Tanoesoedibjo, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu kemarin juga menyiratkan arah dukungan Perindo kepada Ganjar. Perindo sangat mustahil bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan bersama Nasdem, Demokrat, dan PKS.
Golkar harus cepat mengevaluasi langkah politik ke depannya. Kesalahan politik saat bergabung dengan Koalisi Merah Putih lalu “loncat” ke dalam barisan pendukung Jokowi – Jusuf Kalla di awal periode 2014 hendaknya dijadikan refleksi politik.
Kelemahan Golkar yang paling mendasar adalah tidak memiliki “DNA” sebagai kaum oposan sehingga sifat politiknya begitu “mendua”. Golkar dalam pandangan mahasiswa yang saya ampu, mirip cewek “materialis” dan tidak mau diajak susah.
Baca juga: Golkar Lempar Sinyal Merapat ke Gerindra Jadi Indonesia Raya Bangkit dan Berkarya
Golkar harusnya mengevaluasi kembali pencalonan Airlangga Hartarto dan mengendorse kader barunya, Ridwan Kamil. Prinsip tidak boleh ada “matahari kembar” dalam biduk yang sama, kerap menjadi belenggu partai jika ingin menang pemilu.
Golkar bisa mengambil langkah bergabung dengan Gerindra dan PKB untuk menguatkan Koalisi Indonesia Raya dengan mengusung Prabowo serta menyerahkan mama cawapres berdasarkan kompromi tiga partai anggota koalisi. Bisa pula Golkar mengokohkan KIB bersama PDI-P, Hanura, PSI, dan Perindo dalam mengusung Ganjar.
Golkar masih bisa memperpanjang napas politik dengan menyodorkan nama cawapres, dengan catatan bisa diterima Megawati, Jokowi, maupun Ganjar serta persetujuan partai-partai lainnya.
Ke arah jalan mana Golkar berjalan? Akankah Golkar berhenti di tikungan ataukah menetap di lokasi sesuai aplikasi? Hanya Golkar yang tahu.... Golkar sedang ditunggu sejarah di halte kekuasaan.
"Salah satu alasan orang membenci politik adalah bukan kebenaran menjadi tujuan politisi, tapi pemilihan dan kekuasaan." - Cal Thomas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.