Sementara pasar Cawapres juga tidak kalah riunya di koalisi “gemuk” itu. Muhaimin Iskandar dari PKB bahkan Yusril Ihza Mahendra dari PBB juga “keukeuh” ingin dipinang menjadi cawapres.
Tidak ada yang mengalah dan tidak ada yang tahu diri. Ambisi masing-masing ketua umum dan elite-elite partai dengan mengenyampinkan elektoralnya, kerap tidak mau bergeser dari posisi tawarnya. Seperti produk kecap manis, mereka ingin selalu nomor satu.
Pasca-pencapresan Ganjar Pranowo, beberapa partai yang tergabung di koalisi pendukung pemerintahan Jokowi tentu akan realistis melihat “rapor” elektoral masing-masing kandidat.
Apakah tetap mendukung Prabowo Subianto atau mengalihkan dukungan kepada Ganjar Pranowo.
Saya menduga Golkar, PPP, PAN, PSI, dan Perindo akan sangat realistis dengan mengalihkan dukungan kepada Ganjar.
Rumus politik partai-partai yang tidak akan membelot dari koalisi besar begitu simpel, yakni ingin melanjutkan kepemimpinan Jokowi dan sesuai dengan pilihan politik Jokowi terkiwari.
Merujuk teori kepartaian, ada peluang bagi partai-partai politik dalam berkoalisi. Koalisi bisa dibentuk pada pentas pemilu dengan orientasi primer bekerja sama memenangkan pemilu.
Koalisi tersebut idealnya bersifat voluntaristik, di mana partai politik bersepakat untuk menjalin hubungan secara sukarela sebab kedekatan ideologi.
Konsekuensinya, partai politik bersepakat membentuk koalisi dan melakukan aktivitas kampanye secara beserta-sama untuk meraih suara terbanyak pada pemilu.
Koalisi pada dasarnya dibentuk untuk memenuhi kondisi tertentu sebagai syarat peserta pemilu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, misalnya, mengisyaratkan raihan minimal kursi 20 persen di parlemen bagi partai politik guna mencalonkan presiden serta Wapres.
Bagi partai politik yang memiliki kursi 20 persen seperti PDI-P bisa mencalonkan sendiri tanpa wajib berkoalisi dengan partai-partai politik lainnya.
Jika tidak, maka diwajibkan untuk berkoalisi dengan partai politik lainnya guna mencapai jumlah dukungan minimal 20 persen kursi di DPR.
Dukungan beberapa partai politik di antaranya PDI-P, Nasdem, Golkar, PKB, PPP, Hanura, PSI, Perindo, dan PKPI di Pilpres 2019 untuk pasangan Jokowi – Amin serta Prabowo-Sandi disokong beberapa partai politik, yakni Gerindra, PAN, Demokrat dan PKS akibat tidak terdapat satupun partai politik di Pemilu 2014 meraih kursi 20 persen atau capaian 112 kursi di DPR.
Akankah pascapencapresan Ganjar di pentas Pilpes 2024 diramaikan oleh tiga pasangan capres-cawapres? Mungkinkah akan terjadi “head to head” antardua pasangan saja?
Samar-samar saya mendengar sayup lagu “Tugiman” yang didengungkan penyanyi cilik Farel Prayoga.
Piye kabare, idamanku?
Wis rindu, ra sabar ngerti senyummu
Maem, t'rus ngopi, dandan rapi
Ra lali minyak'e wangi
Tenan, sampeyan idaman
Metu ko omah dadi rebutan
Sabar, ora jual mahal
Yen kok jak dolan
Langsung gas, budhal
Pak e, Buk e, iku pilihanku
Tulung lamarke nggo aku
Yen ra dekne, mendhing aku dhewe
Ra kowe, ora wae