Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Perubahan "Puzzle" Koalisi Pasca-pencapresan Ganjar oleh PDI-P

Kompas.com - 24/04/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sementara pasar Cawapres juga tidak kalah riunya di koalisi “gemuk” itu. Muhaimin Iskandar dari PKB bahkan Yusril Ihza Mahendra dari PBB juga “keukeuh” ingin dipinang menjadi cawapres.

Tidak ada yang mengalah dan tidak ada yang tahu diri. Ambisi masing-masing ketua umum dan elite-elite partai dengan mengenyampinkan elektoralnya, kerap tidak mau bergeser dari posisi tawarnya. Seperti produk kecap manis, mereka ingin selalu nomor satu.

Pasca-pencapresan Ganjar Pranowo, beberapa partai yang tergabung di koalisi pendukung pemerintahan Jokowi tentu akan realistis melihat “rapor” elektoral masing-masing kandidat.

Apakah tetap mendukung Prabowo Subianto atau mengalihkan dukungan kepada Ganjar Pranowo.

Saya menduga Golkar, PPP, PAN, PSI, dan Perindo akan sangat realistis dengan mengalihkan dukungan kepada Ganjar.

Rumus politik partai-partai yang tidak akan membelot dari koalisi besar begitu simpel, yakni ingin melanjutkan kepemimpinan Jokowi dan sesuai dengan pilihan politik Jokowi terkiwari.

Merujuk teori kepartaian, ada peluang bagi partai-partai politik dalam berkoalisi. Koalisi bisa dibentuk pada pentas pemilu dengan orientasi primer bekerja sama memenangkan pemilu.

Koalisi tersebut idealnya bersifat voluntaristik, di mana partai politik bersepakat untuk menjalin hubungan secara sukarela sebab kedekatan ideologi.

Konsekuensinya, partai politik bersepakat membentuk koalisi dan melakukan aktivitas kampanye secara beserta-sama untuk meraih suara terbanyak pada pemilu.

Koalisi pada dasarnya dibentuk untuk memenuhi kondisi tertentu sebagai syarat peserta pemilu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, misalnya, mengisyaratkan raihan minimal kursi 20 persen di parlemen bagi partai politik guna mencalonkan presiden serta Wapres.

Bagi partai politik yang memiliki kursi 20 persen seperti PDI-P bisa mencalonkan sendiri tanpa wajib berkoalisi dengan partai-partai politik lainnya.

Jika tidak, maka diwajibkan untuk berkoalisi dengan partai politik lainnya guna mencapai jumlah dukungan minimal 20 persen kursi di DPR.

Dukungan beberapa partai politik di antaranya PDI-P, Nasdem, Golkar, PKB, PPP, Hanura, PSI, Perindo, dan PKPI di Pilpres 2019 untuk pasangan Jokowi – Amin serta Prabowo-Sandi disokong beberapa partai politik, yakni Gerindra, PAN, Demokrat dan PKS akibat tidak terdapat satupun partai politik di Pemilu 2014 meraih kursi 20 persen atau capaian 112 kursi di DPR.

Akankah pascapencapresan Ganjar di pentas Pilpes 2024 diramaikan oleh tiga pasangan capres-cawapres? Mungkinkah akan terjadi “head to head” antardua pasangan saja?

Samar-samar saya mendengar sayup lagu “Tugiman” yang didengungkan penyanyi cilik Farel Prayoga.

Piye kabare, idamanku?
Wis rindu, ra sabar ngerti senyummu
Maem, t'rus ngopi, dandan rapi
Ra lali minyak'e wangi

Tenan, sampeyan idaman
Metu ko omah dadi rebutan
Sabar, ora jual mahal
Yen kok jak dolan
Langsung gas, budhal

Pak e, Buk e, iku pilihanku
Tulung lamarke nggo aku
Yen ra dekne, mendhing aku dhewe
Ra kowe, ora wae

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com