Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Perubahan "Puzzle" Koalisi Pasca-pencapresan Ganjar oleh PDI-P

Kompas.com - 24/04/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH lama ditunggu-tunggu, akhirnya PDIP mengumumkan nama calon presidennya untuk berlaga di Pilpres 2024. Nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dipilih Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sebagai suksesor Joko Widodo.

Megawati mendengar suara akar rumput dan mengenyampingkan putrinya sendiri, Puan Maharani untuk memberi jalan Ganjar Pranowo di pentas politik nasional.

Megawati adalah sedikit tokoh politik nasional berkaliber “pandhito” yang memprioritaskan orang lain ketimbang kerabatnya sendiri untuk menikmati endorse partai. Salut untuk Bu Megawati yang telah memberi jalan anak muda menjadi pemimpin bangsa.

Usai nama Ganjar Pranowo diumumkan sebagai calon presiden oleh Megawati, sontak jagat media sosial menjadi riuh. Hastag Ganjar capres PDI-P terus bergema di lini masa.

Sedangkan di atmosfer politik nasional, Sandiago Uno semakin menebalkan keinginannya untuk “hengkang” sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra dan beralih mengenakan jaket hijau sebagai kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Di Partai Amanat Nasional (PAN), ketua umumnya Zulkifli Hasan bertekad segera menggelar pertemuan dengan para sekondannya di Koalisi Indonesia Bersatu untuk mencari formula yang tepat pascapengumuman PDI-P menetapkan Ganjar Pranowo sebagai capres.

Di hari pertama Lebaran, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto “sowan” menemui Presiden Jokowi di Sumber, Solo.

Menjadi menarik setelah beberapa jam sebelumnya di pelataran Masjid Sheikh Zayed Solo usai menjalankan ibadah shalat Idul Fitri, Jokowi menjawab pertanyaan wartawan.

Kepada pekerja media, Jokowi menjawab pertanyaan soal sosok yang pantas mendampingi Ganjar sebagai Capres. Ada nama Menteri BUMN Erick Thohir. Selanjutnya sosok Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Berikutnya, Gubernur Jawa Barat yang baru “resmi” menjadi kader Partai Golkar Ridwan Kamil. Lalu nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD.

Tidak ketinggalan figur Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto serta Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.

Justru yang menarik, Jokowi juga “mengendors” nama Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Cawapres.

Usai pencapresan Ganjar Pranowo, bisa dipastikan bandul politik akan bergerak ke sana kemari.

Kubu Anies Baswedan yang didukung Nasdem, Demokrat, dan PKS tentu akan semakin mensolidkan barisannya mengingat kecil peluangnya menggaet partai-partai di parlemen lain untuk bergabung selain partai baru seperti Partai Ummat yang dibesut Amien Rais.

Di tengah stagnannya proses pencarian calon “pengantin” yang akan mendampingi Mantan Gubernur Anies Baswedan, PKS terlihat paling rajin dan aktif menggaet Cawapres yang dianggap potensial usai nama mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, “jalan di tempat”.

Nama-nama Cawapres potensial seperti bekas pasangan Anies Baswedan di Pilgub DKI, Sandiaga Uno hingga Mahfud MD yang elektabililtasnya terkatrol naik usai kasus potensi penyalahgunaan ratusan triliun di Kementerian Keuangan, ditawarkan PKS untuk menjadi bakal Cawapres Anies Baswedan.

Demokrat yang masih “ngos-ngosan” menyorongkan nama ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyomo (AHY) sebagai pendamping Anies Baswedan tentu kesal dan kecewa dengan sikap PKS yang terlalu “genit”.

Tidak urung Nasdem juga senada dengan sikap Demokrat yang begitu gundah gulana dengan manuver PKS yang terlalu “kreatif”.

Dari strategi politik, PKS tentu punya alasan yang sah mengingat PKS tidak ingin Anies Baswedan tersandera oleh resultan tarik menarik kepentingan partai-partai.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com