Nafsu seksual berlebihan. Nafsu seksual yang berlebihan dan tidak terkendali dapat menjadi pemicu untuk melakukan tindakan kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Gangguan kepribadian. Beberapa jenis gangguan kepribadian seperti psikopati dan narcissistic personality disorder dapat membuat seseorang tidak memiliki empati dan memandang perempuan sebagai objek yang bisa dimanipulasi atau dikendalikan.
Pengalaman trauma. Seperti kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan seksual, dapat memengaruhi perilaku seseorang dan memicu tindakan kekerasan terhadap perempuan.
Penggunaan narkoba dan alkohol dapat memengaruhi perilaku dan mengurangi kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Hal ini dapat menyebabkan seseorang cenderung melakukan tindakan kekerasan, termasuk pembunuhan terhadap perempuan.
Faktor lainnya lingkungan. Pelaku mungkin tumbuh atau hidup dalam lingkungan yang kekerasan atau agresif. Hal ini dapat memengaruhi cara pelaku memproses emosi dan mengatasi situasi konflik.
Lingkungan ini juga dapat berasal dari media dunia maya yang sering menampilkan aksi kekerasan dalam berbagai bentuk.
Secara khusus saya melihat ada masalah interpersonal. Beberapa orang mungkin melakukan kekerasan terhadap perempuan karena masalah interpersonal, seperti masalah dalam hubungan atau masalah dengan otoritas dengan korban dan pelaku menghabisi korban untuk mendapatkan apa yang dia inginkan didukung oleh faktor situasional: merasa tidak ada pilihan lain untuk mencapai tujuannya.
Sayangnya, perempuan sering menjadi korban mutilasi karena faktor diskriminasi gender yang meluas di banyak masyarakat di seluruh dunia.
Diskriminasi gender dapat menyebabkan perempuan menjadi lebih rentan terhadap kekerasan dan tindakan kekerasan yang lebih brutal, termasuk mutilasi.
Selain itu, perempuan juga menjadi target pelaku karena sering kali dianggap sebagai korban yang mudah dan lemah, serta kurangnya akses ke perlindungan dan keadilan di sistem hukum yang patriarkis.
Korban perempuan pada awalnya mudah percaya pada laki-laki meskipun baru kenal, bahkan melalui media sosial, bersedai untuk bertemu dan diajak pergi.
Kondisi perempuan seperti ini menyebabkan perempuan sebagai korban yang mudah terpedaya dan mudah percaya, pada akhirnya menjadi korban sia-sia.
Narasi keadilan untuk perempuan adalah upaya untuk mendorong sistem keadilan dan masyarakat secara keseluruhan agar lebih memperhatikan hak-hak perempuan dan memberikan perlindungan lebih baik bagi perempuan dalam situasi yang rentan, seperti dalam kasus kekerasan atau diskriminasi.
Narasi keadilan untuk perempuan juga menekankan pentingnya mengakui dan mengatasi kesenjangan gender yang ada di masyarakat dan sistem keadilan, mencakup mengatasi diskriminasi terhadap perempuan dalam berbagai bidang, seperti dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan, serta memperkuat hukum dan kebijakan yang melindungi hak-hak perempuan.
Selain itu, narasi keadilan untuk perempuan juga mengadvokasi hak-hak perempuan dalam sistem keadilan pidana, seperti hak untuk mendapat akses ke peradilan, perlindungan terhadap kekerasan, dan penanganan kasus kekerasan seksual dengan tepat dan adil.