ATAP rumah milik Ir. Sutami yang berada di Jalan Imam Bonjol, Jakarta banyak yang bocor. Rumah itu pun baru lunas usai Sutami tidak menjabat lagi sebagai menteri.
Sementara rumahnya yang lain di Solo, pernah diputus aliran listriknya karena kerap menunggak pembayaran iuran bulanan.
Sutami juga takut dirawat di rumah sakit karena memang dirinya tidak punya tabungan. Sutami baru dirawat di rumah sakit usai pemerintah menanggung biaya perawatannya.
Sebelum wafat, Sutami jatuh sakit karena kekurangan gizi (Kompas.com, 07/08/2022).
Sutami wafat pada 13 November 1980 di usia 52 tahun, setelah mengidap lever akibat sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.
Di era Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Sutami, Jembatan Semanggi, Jakarta berhasil dibangunnya.
Tidak itu saja, renovasi Gedung DPR, pembuatan Waduk Jatiluhur, Jembatan Ampera, Palembang, Bendungan Karangkates, Malang hingga pembangunan Bandara Gusti Ngurah Rai juga terjadi di masanya.
Hasil karya fenomenal Sutami yang hingga kini masih menjadi ikonik gedung parlemen adalah kubah Gedung DPR/MPR Senayan.
Meski memegang kendali beragam “megaproyek”, Sutami tidak mengenal istilah komisi dari pemborong. Sutami mengharamkan cash back atau uang pelicin proyek dari rekanan bagi kepentingan pribadinya.
Para bawahan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik begitu berkesan dan mengagumi sikap profesional Sutami. Lurus, tegas dan begitu sederhana.
Nukilan kisah kehidupan menteri “termiskin” dalam sejarah Indonesia itu itu bukan cerita fiktif atau khayalan belaka.
Sutami yang pernah menjadi Menteri Pekerjaan Umum selama 14 tahun, baik di era Presiden Soekarno maupun Soeharto, memang dikenal memiliki kesahajaan yang layak menjadi panutan bagi siapapun – tentunya terkhusus bagi Aparat Sipil Negara – sampai kapan pun.
Membaca kisah kehidupan Sutami dan melihat aneka polah kehidupan pejabat hingga pegawai “biasa”, seperti ada yang “kongslet” dalam pola pandang kehidupan kita sekarang ini. Harta dan kedudukan begitu didamba.
Raihan materi – entah yang diperoleh dengan kerja keras atau kerja culas – diumbar dengan kebanggaan tanpa batas di media sosial.
Eforia publik terhadap upaya membongkar “kebobrokan” aparatur semakin membuncah. Apalagi Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK “menantang” netizen dan media melalui media sosial untuk ikut mengawasi perilaku penyelenggara negara.
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata bahkan meminta netizen dan media untuk ikut melacak aset para penyelenggara negara serta memviralkan. Strategi itu dianggap KPK membuat banyak pihak untuk “bergerak” (Kompas.com, 20/03/2023).
Tanpa menunggu lama, kegeraman publik terhadap perilaku hidup hedon yang ditampilkan aparat negara memunculkan temuan gaya “sultan” Kepala Bea Cukai Jogyakarta, Eko Darmanto yang kini telah dicopot dari jabatannya.
Tidak ada lagi aksi pamer Eko menunggangi motor gede, memamerkan mobil lawasnya yang mahal atau bergaya dengan pesawat.
Profil penghasilan Andhi sangat tidak match dengan perilaku istri dan anaknya yang dilimpahi harta berlimpah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.