Hal ini disampaikan Gatot dalam silaturahmi TNI dengan purnawirawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9/2017).
Acara tersebut turut dihadiri Menko Polhukam saat itu, Wiranto, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, dan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
"Data-data kami akurat, ada kelompok institusi yang akan membeli 5.000 pucuk senjata, bukan militer, ada itu, ada yang memaksa, ada yang mempidanakan. Dan data-data kami, intelijen kami, akurat," kata Gatot dalam acara tersebut.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI kala itu, Mayor Jenderal Wuryanto mengatakan, amunisi tajam yang dibeli Polri mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak capai 400 meter.
Amunisi tersebut juga memiliki keistimewaan lain. Menurut Wuryanto, saat ditembakkan, amunisi tersebut akan dua kali meledak.
Ledakan kedua akan melontarkan pecahan tubuh granat berupa logam kecil yang melukai dan mematikan sasaran tembak.
Selain itu, jenis granat yang dibeli Polri juga bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras.
"Ini luar biasa. TNI tidak punya senjata dengan kemampuan jenis itu," ujar Wuryanto dalam jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2017).
Di hari yang sama ketika barang pengadaannya tertahan, Markas Besar Polri membenarkan senjata dan amunisi yang berada di Bandara Soekarno Hatta milik instansinya yang akan disalurkan ke Brimob.
Namun, Kepala Divisi Humas Polri kala itu, Irjen Setyo Wasisto menyatakan bahwa senjata dan amunisi tersebut merupakan barang yang sah.
"Senjata adalah betul milik Polri dan adalah barang yang sah," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (30/9/2017).
Tak berselang lama, tim gabungan yang terdiri dari pejabat Mabes Polri, Brimob, Bea Cukai, dan Bais TNI mengecek senjata dan amunisi yang dimaksud pada Selasa (3/10/2017).
Tujuan pengecekan ini untuk menuntaskan dan menyelesaikan berita yang selama ini menjadi simpang siur terkait dengan kedatangan senjata pengadaan Polri yang tertahan di bandara.
'Nyanyian' Gatot yang mengungkap mengenai pengadaan 5.000 senjata ilegal telah memicu dinamika terbuka antara TNI versus Polri.
Sebab, pernyataan tersebut sampai-sampai membuat Jokowi dan Wiranto angkat bicara.