Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zackir L Makmur
Wartawan

Gemar menulis, beberapa bukunya telah terbit. Suka catur dan humor, tertawanya nyaring

Politik Uang dan Permasalahannya

Kompas.com - 12/02/2023, 12:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saking berjarak, partai atau kandidat dalam pemilu berupaya “mendekatkan diri”, selain secara resmi melalui kampanye, juga melalui politik uang.

Ketika masyarakat tidak butuh uang, penulis sastra peraih Nobel Sastra (956), Albert Camus, dengan pedih mencibir begini: "Salah satu jenis keangkuhan spiritual adalah saat orang berpikir bahwa mereka bisa bahagia tanpa uang."

Dari itu, teramat jarang ada masyarakat menerima hasil politik uang, yang berupa uang pula, lantas ujug-ujug mereka datang ke instansi berwenang mengaku telah menerima politik uang – hal ini sangat tipis bisa terjadi. Nyaris, mustahil.

Lantaran sudah sedemikian lama parpol dikenal oleh sejumlah besar masyarakat dari kejauhan, karena sudah lama pula parpol tidak menjadikan rakyat sebagai tuannya –maka semboyan-semboyan ataupun jargon-jargon betapa parpol mengabdi untuk rakyat, pada kelazimannya bergema jelang pemilu, 5 tahun sekali.

Ironisnya, rakyat tahu pula bahwa ada kalanya semboyan dan jargon-jargon itu omong kosong.

Maka ketika pemilihan terjadi, kebanyakan rakyat memilih kandidat atau parpol selazimnya memilih barang atas dasar suka. Sedikit sekali atas dasar ideologi, visi, misi, dan tambah sedikit lagi pilihan jatuh atas dasar program kerja partai maupun kandidat.

Jual beli suara

Dalam realitasnya pula apa yang bernama aktivitas politik, pun membutuhkan uang. Proses ini cukup signifikan memengaruhi hasil kampanye pemilu guna menyampaikan visi misi partai, serta program kerja kandidat untuk memengaruhi konstituen.

Namun pada pengertian berikutnya praktik politik uang sama halnya dengan jual beli suara. Praktik ini jelas bisa merusak demokrasi.

Namun, lebih dalam kita pahami, terjadinya praktik politik uang juga karena kandidat berhasrat “membeli” suara.

Dalam hukum timbal-balik: “siapa yang membeli dia yang punya uang, siapa yang menjual dia yang butuh uang”, lantas dari sini kita bertanya, siapkah dia yang membeli suara? Jawaban ini tidak tunggal dan tidak pula bersifat faktual.

Dengan demikian, harus ditelusuri pula bahwa mereka yang masuk ke partai politik bermodalkan uang, acapkali menjadi kandidat.

Atau, menempati posisi strategis di jajaran elite partai, inilah pula yang memperjelas bahwa partai telah lama kehilangan sistem kaderisasi yang mapan.

Pada ujung yang ekstrem malahan terkesan, partai juga “membeli” suara dengan cara merekrut tokoh-tokoh banyak uang dan populer, untuk dijadikan kandidat.

Kader yang merintis karier dari bawah, dan tidak punya uang, harus berbesar hati masuk kotak.

Bersamaan dengan itu maka praktik politik uang, atau jual beli suara, pada dasarnya menafikan realitas demokrasi yang membuat mendegradasi pemilu dan demokrasi itu –bukan semata penyebabnya masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com