JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengungkapkan partainya akan berkoalisi dengan partai lain suatu saat nanti.
Namun, dia memastikan PDI-P tidak akan berkoalisi dengan partai yang gemar impor.
"Kalau terhadap partai yang sukanya impor, nah ini enggak cocok buat PDI Perjuangan," kata Hasto ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Hasto mengungkapkan dalam menentukan mitra koalisi, PDI-P akan melihat kesamaan platform dan ideologi.
Selain itu, PDI-P juga ingin mencari partai politik yang bisa memperluas basis pemilih.
"Karena syarat untuk seorang presiden bisa terpilih itu kan 50 persen plus satu. Nah kalkulasi untuk mencapai 50 persen plus satu itulah yang dilakukan oleh PDI-P," ucap Hasto.
Baca juga: Soal Kerja Sama Politik, PDI-P: Kita Tidak Mau Sendiri, Mengurus Bangsa Harus Bareng-bareng
Kendati demikian, Hasto menyatakan bahwa PDI-P enggan sendirian dalam rangka Pemilu 2024.
Oleh karena itu, tak dipungkirinya PDI-P membangun dialog-dialog dengan partai politik dalam rangka kerja sama politik.
"Kalau legislatif sendiri kita. Tapi kalau presiden untuk pastikan syarat 50+1 dalam Pilpres dan parlemen bisa dipenuhi sebaiknya. Ke arah sana dialog parpol dilakukan," ucap Hasto.
Baca juga: Hasto Soal Kode Surya Paloh: Capres PDI-P Berprestasi, Bukan yang Pintar Berpoles Diri
Diberitakan sebelumnya, Hasto sempat menyinggung adanya partai politik yang gemar mengimpor pangan.
Hal itu diungkapkan Hasto dalam Seminar Nasional Daulat Pangan Wujudkan Kesejahteraan Petani dan Konsolidasi Program Mari Sejahterakan Petani (MSP) di Sekolah Partai, Jumat pagi.
Mulanya, Hasto menyinggung spirit Indonesia atas kedaulatan pangan.
"Dari dulunya, kalau dulunya punya spirit Indonesia bisa berdaulat di bidang pangan, Indonesia bisa berdikari di bidang pangan. Maka tanpa produk impor seharusnya kita memproduksi pangan oleh anak Bangsa, petani-petani Indonesia," kata Hasto dalam acara, Jumat.
Hasto menuturkan banyak anak bangsa yang sukses menciptakan bibit pangan untuk diolah petani.
Misalnya, kata dia, bibit padi MSP 65 yang bisa dipanen selama 65 hari.
Namun, PDI-P tak bisa berbuat banyak terkait penggunaan bibit buatan anak bangsa tersebut.
Sebab, Hasto mengungkap ada partai lain yang justru gemar impor pangan.
"Di situ lah kita berhadapan dengan pkatform-platform partai yang berbeda. Ada partai yang hobinya mengimpor pangan," sebut Hasto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.