Dalam waktu hanya sepuluh tahun, Anwar melesat setelah dipercaya Mahathir menduduki sejumlah jabatan kementerian strategis mulai dari pemuda, pertanian, pendidikan, hingga keuangan.
Baca juga: Jokowi Terima Kunjungan PM Anwar Ibrahim di Istana Bogor
Puncaknya, Mahathir Muhammad mengangkatnya sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia dan calon suksesornya pada 1993 ketika Anwar baru berusia 46 tahun.
Nama Anwar Ibrahim dieluk-elukan sebagai rising star pemimpin masa depan Malaysia.
Namun, berselang beberapa tahun kemudian hubungan Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad memburuk.
Klimaks ketegangan politik terjadi ketika kedua musuh bebuyutan politik itu berselisih mengenai krisis moneter. Anwar Ibrahim juga kerap mengkritik kronisme akut pemerintahan Mahathir.
Mahathir Mohamad lalu memecatnya pada 2 September 1998.
Baca juga: PM Anwar Ibrahim: Saya Sampaikan Minat Malaysia untuk Ikut Bangun IKN
Dalam waktu singkat, Anwar Ibrahim menjadi pesakitan politik setelah dijebloskan ke penjara karena kasus sodomi, tuduhan yang selalu dibantahnya sebagai upaya menghancurkan karier politiknya.
Anwar Ibrahim bebas dan menjadi pemimpin oposisi Malaysia sebelum dijebloskan kembali ke prodeo untuk kali kedua karena kasus sodomi pada 2015.
Akan tetapi, Anwar dan Mahathir secara mengejutkan berekonsiliasi pada pemilu 2018 guna mengalahkan Najib Razak yang terbelit kasus korupsi 1 MDB.
Mahathir yang mengakhiri perseteruannya dengan Anwar kembali menjadi perdana menteri untuk kali kedua. Kemudian, mengajukan permohonan grasi kepada Anwar yang dikabulkan oleh Raja Malaysia.
Sesuai kesepakatan politik, Mahathir Mohamad berjanji akan menyerahkan jabatan PM ke Anwar Ibrahim setelah dua tahun berkuasa.
Baca juga: PM Anwar Ibrahim: Penyelesaian Soal TKI Harus Lebih Menyeluruh
Mahathir rupanya enggan menyerahkan kekuasaan ke Anwar. Selama 22 bulan berkuasa, Pakatan Harapan dilanda konflik internal terutama menyangkut suksesi kekuasaan dari Mahathir ke Anwar yang telah dijanjikan oleh politisi senior berusia 97 tahun itu.
Puncaknya, koalisi Pakatan kolaps pada 24 Februari 2020 setelah partai Bersatu pimpinan Mahathir Mohamad menarik dukungan terhadap koalisi multi-etnik itu.
Hubungan kedua tokoh tersebut kembali mendingin. Terakhir, Anwar Ibrahim menolak tawaran Mahathir Mohamad untuk kembali membentuk aliansi politik menjelang pemilu 19 November 2022.
Setelah menyaksikan Anwar akhirnya menggapai ambisi 24 tahunnya menjadi Perdana Menteri, Mahathir menyampaikan ucapan selamat singkat kepadanya.
Di sisi lain, Mahathir Mohamad mengalami kekalahan elektoral pertama dalam lebih dari setengah abad. Ia hanya berada di urutan keempat dalam pertarungan lima calon untuk daerah pemilihan Langkawi.
Mahathir Mohamad kemudian menyampaikan akan pensiun dari dunia politik untuk kali kedua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.