JAKARTA, KOMPAS.com - Sinyal kerja sama yang dibuka Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Nasdem dinilai tak serius.
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai upaya itu dilakukan karena PKB tak puas lantaran Gerindra tak kunjung menyetujui pengusungan Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) dan Muhaimin Iskandar di posisi calon wakil presiden (cawapres).
“Saya memprediksi langkah PKB untuk berkoalisi dengan Nasdem hanya sebagai gertakan politik terhadap Gerindra yang tak kunjung meresmikan pengantin Prabowo dan Cak Imin,” kata Ari pada Kompas.com, Selasa (3/1/2023).
Ia mengatakan, PKB merasa jengah karena Muhaimin Iskandar tak segera mendapat kepastian. Meskipun koalisi telah terbentuk sejak 13 Agustus 2022.
Baca juga: Sambut Wacana Bergabungnya PKB, Nasdem: Saudara Lama, Dua Pilpres Jadi Kawan Koalisi
Di sisi lain, Ari mengatakan, PKB tak bisa mengusung capres-cawapresnya sendiri karena tak memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold (PT).
“Kurang suaranya PKB untuk bisa mencalonkan pasangan capres-cawapres sendiri, serta belum pastinya Gerindra menggaet PKB dalam koalisi permanen,” ujarnya.
Ari memandang Muhaimin dan PKB tak bakal gegabah melakukan manuver politik. Apalagi, merapat dengan Partai Nasdem yang tengah menjajaki pembentukan koalisi dengan partai politik (parpol) oposisi pemerintah, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
Ia lantas memaparkan dua alasannya. Pertama, posisi tawar PKB belum tentu lebih baik jika bergabung dengan Koalisi Perubahan yang kerap dianggap sebagai antitesis Istana atau Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sebagai pendatang baru dalam berkoalisi dengan Nasdem, tentu PKB harus siap menerima ‘arahan’ dari partai besutan Surya Paloh,” katanya.
Baca juga: Nasdem Klaim PKB Terpikat dengan Dukungan Publik ke Anies yang Meningkat
Kedua, PKB punya basis pemilih yang lebih besar dan loyal ketimbang Nasdem.
Oleh karenanya, tak mudah untuk Muhaimin Iskandar mengalah untuk mengikuti keinginan Nasdem dalam Koalisi Perubahan. Apalagi, jika Muhaimin tak mendapatkan jaminan posisi bakal RI-2.
“Konstituen PKB begitu solid di tataran akar rumput sehingga PKB akan rugi meminang Nasdem, dan tidak mendapatkan posisi cawapres,” ujar Ari.
Alasan terakhir, pendukung PKB banyak mengidolakan Jokowi. Sehingga, manuvernya bekerja sama dengan Nasdem amat berisiko menggerus konstituennya.
“Pendukungnya yang selama ini loyal terhadap Jokowi akan kecewa berat dengan pindah haluan elit PKB mendukung antitesis Jokowi yakni Anies Baswedan,” kata Ari.
Diketahui, Ketua DPP Partai Nasdem Wolly Aditya menyambut baik wacana PKB bakal bekerja sama dengan Nasdem.