Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Lonjakan Covid-19, Pemerintah Diminta Perketat Pengawasan Pendatang Asal China

Kompas.com - 28/12/2022, 18:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama mengusulkan agar pemerintah memperketat pengawasan bagi pendatang asal China yang akan masuk ke Indonesia.

Hal ini menindaklanjuti tingginya kasus Covid-19 di negeri Tirai Bambu tersebut.

Bahkan, kasus aktif Covid-19 di China menembus angka 250 kasus selama bulan Desember 2022.

"Meningkatkan pengawasan bagi pendatang dari China, termasuk kemungkinan kejadian penularan dan juga sampai ke analisa whole-genome sequencing," kata Tjandra dalam siaran pers, Rabu (28/12/2022).

Baca juga: Anggaran Penanganan Covid-19 Tak Ada Lagi di Tahun 2023, Kemenkes: Akan Ada Evaluasi

Tjandra mengungkapkan, meningkatkan pengawasan bagi pendatang yang berasal dari China merupakan satu dari tiga cara yang dapat dilakukan pemerintah.

Cara lainnya, ia mengimbau Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan analisa mendalam dan rinci agar dapat menjelaskan kasus Covid-19 yang terjadi di China, khususnya tentang efikasi proteksi vaksin, serta bentuk dan dampak kebijakan pelonggaran terhadap kenaikan kasus.

Pasalnya, jumlah pasti kasus Covid-19 hingga kini belum terlalu jelas. Apalagi, ada kabar update resmi harian Covid-19 akan dibatasi sehingga informasi menjadi makin sulit terkonfirmasi.

Ditambah lagi, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyatakan bahwa WHO masih butuh informasi lebih rinci tentang situasi yang terjadi.

Baca juga: Epidemiolog Sebut Kenaikan Kasus Covid-19 di China dan Jepang Bisa Berpengaruh ke Indonesia

"Kalau memang terjadi peningkatan kasus gawat dan kematian di China, sementara cakupan vaksinasi di negara itu mencapai 89 persen, maka ada dua kemungkinan, yaitu karena efikasi vaksin yang sudah turun, atau adanya subvarian baru yang menghindar dari proteksi vaksin," ujar Tjandra.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini juga mengatakan, kemungkinan lainnya adalah karena longgarnya kebijakan penanganan Covid-19 di China.

Meski ia tidak memungkiri bahwa banyak pula negara lain yang melonggarkan kebijakan, tetapi tidak mengalami kenaikan rawat inap di ruang ICU dan kematian seperti yang diberitakan di China.

"Kalau karena kebijakan pelonggaran, maka itu dapat diterima. Karena walaupun cakupan vaksinasi tinggi maka penularan dapa tetap terjadi, apalagi kebijakan yang tadinya amat ketat dengan zero death, dan sekarang jadi longgar," kata Tjandra.

Cara lainnya agar lonjakan kasus Covid-19 tidak terjadi di Indonesia, Tjandra mengimbau pemerintah untuk melakukan pertukaran informasi secara diplomasi dengan otoritas kesehatan internasional, baik bilateral dengan China atau menggunakan kerangka ASEAN-China.

"Karena Indonesia sekarang memegang Keketuaan ASEAN. Atau barangkali melalui pendekatan sebagai sesama anggota G20, apalagi Indonesia baru selesai sebagai Presidensi, dan tentunya juga lewat WHO," ujar Tjandra.

Baca juga: Hindari Lonjakan Covid-19 seperti di China, Epidemiolog Imbau Lansia Segera Booster

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Nasional
Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Nasional
Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Nasional
Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Nasional
Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Nasional
Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Nasional
Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Nasional
Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Nasional
Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Nasional
Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Nasional
Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Nasional
Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com