Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jawa Barat, Popong Otje Djundjunan memaknai kata ”Pembauran” dengan kata “Layeut”, artinya semua suku bangsa yang ada harus harmonis, selalu kompak, selalu bersama dan seia-sekata meski latar belakangnya beragam. Dan mampu bersinergi secara indah dalam keragaman.
Seorang Ibu memiliki peran penting dalam ihtiar bangsa merawat pembauran. Karena perempuan dapat mendidik generasi muda sebagai penerus sejarah bangsa dengan modal kasih sayang dan rasa kemanusiaan yang satu.
Menjadi promotor terbaik dalam menjalankan misi sebagai duta pembauran, agar kesatuan dan persatuan dapat terwujud dan terpelihara dengan baik.
Dikarenakan perempuan adalah salah satu pilar pembauran bangsa, maka harus ada dukungan, perlindungan, edukasi dan apresiasi yang baik dari berbagai pihak agar kaum perempuan berdaya dan dapat melaksanakan tanggung jawabnya untuk diri sendiri, untuk anak-anaknya juga yang lebih besar untuk bangsanya.
Pembauran akan terlaksana dengan baik, kesatuan akan tercipta dengan utuh jika ada promotor yang dapat melaksanakan tugasnya.
Maka edukasi dan sosialisasi urgensinya nilai pembauran perlu digelorakan kepada seluruh komponen bangsa, termasuk kepada kaum perempuan yang merupakan calon pendidik bangsa untuk memahamkan pentingnya nilai pembauran kepada putra putrinya.
Seorang ibu dengan beribu permasalahan di pundaknya, akan sulit berperan besar dalam mengemban tugas membentuk karakter anak bangsa tanpa kemampuan dan berdaya secara pribadinya.
Maka perempuan untuk berdaya harus mendapatkan Pendidikan yang baik dan diberi ruang ekspresi yang memadai untuk berperan positif di ruang publik bagi bangsa dan negara.
Sejatinya seorang Ibu memiliki pemahaman mendalam dalam memaknai perbedaan adalah sebuah kenyatan (sunatullah) yang tidak dapat dihindari.
Dan mampu menghayati perbedaan bukanlah masalah besar jika dilandasi kemanusiaan dan kasih sayang. Selanjutnya mampu meredam dan menyelesaikan jika terjadi konflik untuk tidak menyebar karena perbedaan suku, bangsa, dan agama.
Ibu adalah insan yang mencintai putra dan putrinya tanpa syarat, orang yang membangun karakter dan menyembuhkan hati yang luka.
Orang yang membuat dan mampu menjaga memori indah. Orang yang tulus ihlas menebar kasih sayang. “Ibu adalah puisi yang tak terkatakan” tulis novelis Asma Nadia.
Kita berharap kaum perempuan dan seorang Ibu, dengan tabungan kebaikannya, senantiasa menjadi tauladan dan promotor pembauran bangsa untuk menjadikan generasi saat ini dan kedepan harmonis, ”layeut” dengan sesama anak bangsa meski beda suku bangsa dan agama.
Semua pihak harus mendukung dan apresiasi atas upaya seorang ibu untuk berkontribusi pada pembauran bangsa.
Hari Ibu merupakan momen peringatan pergerakan perempuan Indonesia yang ditandai dengan Kongres Perempuan Pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
Kongres tersebut menjadi tonggak kaum perempuan untuk kembali mengukuhkan semangat dan tekad bersama dalam mendorong kemerdekaan Indonesia.
Sejarah mencatat dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai upayanya termasuk menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan.
Bangsa berharap, potensi besar perempuan dalam perannya sebagai pendidik teraktualisasi bagi terbangunnya peradaban bangsa yang unggul.
Juga sebagai promotor nilai-nilai pembauran bangsa dapat terwujud bagi Indonesia kedepan yang lebih maju. Semoga!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.