Pesawat itu diawaki oleh pilot Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady dan co pilot Letda Laut (P) Dendy Kresna Bhakti.
Setelah dicari, pesawat itu ditemukan jatuh di perairan dengan kedalaman 15 meter.
TNI AL mengerahkan 7 Kapal Republik Indonesia (KRI) serta menerjunkan 3 tim penyelam dan 2 tim dari Korps Pasukan Katak (Kopaska) buat membantu proses evakuasi. Kedua awak pesawat itu dinyatakan meninggal dunia.
Baca juga: Jenazah Pilot-Kopilot Pesawat TNI AL Diangkat, Masih Terikat Sabuk Pengaman saat Ditemukan
Pengamat pertahanan sekaligus Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas, menilai TNI harus terus melakukan evaluasi dan peningkatan kapasitas terhadap Alutsista dan prajurit yang mengawaki.
Sebab jika terjadi kecelakaan dan menelan korban jiwa maka dia menilai TNI amat sangat dirugikan, lantaran harga Alutsista tidak murah dan merogoh kocek dalam untuk biaya buat mendidik prajurit yang mengawakinya.
"Masih terjadinya insiden kecelakaan alutsista yang mengakibatkan prajurit terampil meninggal dunia. Dalam konteks ini, pemeliharaan dan pengecekan terhadap kelaikan alutsista yang digunakan adalah syarat utama yang wajib dipenuhi sebelum digunakan," ucap Anton saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/12/2022).
Anton berharap TNI mengutamakan keselamatan prajurit yang mengawaki Alutsista yang memiliki keterampilan tertentu.
"Sebab kehilangan mereka akibat insiden kecelakaan alutsista adalah bentuk kerugian besar terhadap TNI. Apalagi TNI juga terus berusaha memenuhi program (MEF) Tahap 3," ujar Anton.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.