Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Lima Seniman, Lima Ekspresi Mural Daulat Pangan

Kompas.com - 14/12/2022, 12:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

If my art has nothing to do with people's pain and sorrow, what is 'art' for? -- Ai Weiwei

SEJAK era modern hadir ratusan tahun lampau, tak pelak seni rupa acapkali mengambil peran mewakilkan keberadaannya untuk memahami realitas dunia yang rapuh.

Di mata batin seniman, serpihan-serpihan hidup yang penuh luka divisualkan. Kadang seni memintal abstraksi absurditas hidup yang fana; yakni entitas sangat intim sang seniman sekaligus spirit memberi pencerah pada sang liyan.

Semacam tindak asketis mewujudkan empati mendalam secara komunal tatkala krisis kemanusiaan menghampiri.

Sudjojono, sang “ahli gambar itu” berteriak berlarat-larat bahwa seni layak berpihak pada realitas penderitaan, yang tentu dekat pada kebenaran saat sang maestro seni kita itu menjadi saksi Republik ini baru berdiri dan penderitaan meruyak di mana-mana.

Terutama fenomena kelaparan dan penyakit busung lapar di depan mata.

“Kebagusan dalam seni zonder kebenaran adalah jelek, njelehi!” katanya lantang.

Demikian pula Ai Weiwei, aktivis dan seniman kontemporer Tiongkok itu, pada abad 21, ia menggugat untuk apa ada seni jika seniman tidak berempati pada derita sang liyan?

Harian Kompas pada 8 Desember lalu, benar-benar mengejutkan, di halaman depan menyajikan narasi fakta-fakta, bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia sekitar 183,7 juta orang atau 68 persen populasi ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi harian mereka. Pangan bergizi masih sulit dijangkau warga Indonesia.

Apa jadinya generasi penerus kita jika gizi tak tercukupi, masa depan jelas-jelas terhantui malapetaka, sebab generasi penerus menjadi tak sehat- mengalami stunting, tubuh bertumbuh dewasa tak normal-kerdil yang mengakibatkan tak produktif. Sebuah ancaman serius bagi kedaulatan sumber daya manusia di Republik ini.

Persoalan pangan seperti evil circle, sebab tata-kelola pangan yang kompleks tak kunjung bisa dibenahi, sejak era Orde Baru disebabkan berbagai kebijakan politik tak terintegrasi dan tak terorkestrasi.

Sejumlah persoalan pelik pada pelaksanaan distribusi dan kendala jarak antarpulau, belum lagi dimanfaatkan spekulan termasuk polemik isu impor bahan pokok belakangan ini.

Yang paling gawat; sebagian pengamat pangan mewaspadai dan menengarai adanya dinamika “para oportunis politik” agar tak terjadi kestabilan harga dan bahan makanan pokok, menjelang tahun gaduh kontestasi para capres di 2023-2024.

Tak hanya itu, menurut Khudori, seorang pengamat pangan dalam sesi Artist Talk pada 11 Desember 2022, di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat sebagai bagian acara Live Mural Daulat Pangan Lokal yang merupakan kerja-kerja kolaboratif Badan Pangan Nasional (Bapanas), Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan komunitas seni Jakarta Art Movement (JAM); menyatakan bahwa kerawanan pangan memang sedang menghampiri dan itu pasti.

Pokok persoalan tak hanya kebijakan politik, namun kultur warga yang mengonsumsi makanan monolitik (seragam), yakni beras.

Roda pembangunan yang tak terkontrol dengan regulasi di lingkup realitas lapangan juga abai aspek pembangunan berkelanjutan; dengan contoh kongkret: lahan sawah terkonversi menjadi wilayah industri dan ironisnya generasi muda pada saat sama tak terpikat menjadi petani, peternak dan nelayan sebagai penjaga lumbung makanan kita.

Fenomena lain yang mendesak, kesadaran bahwa dari perspektif global, pasokan bahan makanan pokok—seperti gandum terhambat sebab konflik (perang) di sejumlah negara, iklim ekstrem bumi yang mengancam panen raya pun negara-negara pengekspor bahan pangan pokok kemungkinan memproteksi kebutuhan dosmestiknya sendiri dalam situasi krisis global.

Selain, elemen fertilizer/ pupuk yang tersendat sebab proses pembuatannya membutuhkan energi/materi pokok dari alam (batu-bara dan gas) yang tak terakses oleh negara produsen pupuk.

Di sanalah, ekspresi seni mural menjadi satu alternatif sikap berkesenian. Isu tentang kedaulatan pangan mendesak dibincangkan, dan seni mural dengan karakter khasnya membawa semangat kemudaan, egaliter, terbuka dan mampu diakses di ruang-ruang publik luar ruang untuk merespons peristiwa yang paling urgen membangun kesadaran bersama warga masyarakat tentang keamanan soal pangan.

Lima seniman unjuk ekspresi

Lima seniman diundang oleh penulis sekaligus kurator dan menimbang bahwa jenis mural ala street art lebih cepat sekali menjawab “kebenaran” ala Sudjojono itu, yang mengungkap kondisi riil, fenomena-fenomena menyoal “bencana manusia dan penderitaan-penderitan yang diperbuatnya sendiri”.

Seni propaganda adalah sebuah counter-culture tatkala seni terhenyak pada sudut tempat duduk yang nyaman; ber-ilusi tetang “dunia yang ideal”—art for art shake yang diulang-ulang dengan parasnya yang membeda namun substansinya sama; dan penuh dengan perenungan-perenungan eksistensial dan menolak menoleh pada fenomena riil hari ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com