Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Lima Seniman, Lima Ekspresi Mural Daulat Pangan

Kompas.com - 14/12/2022, 12:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selama dua bulan sejak akhir Oktober 2022, penulis membuka percakapan-percakapan mendalam dan mengobservasi bersama lima seniman mural; mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan sejumlah konsep desain mural dan lokasi.

Pada satu tahap melibatkan pengamat pangan, yang kemudian menjadi kurator, yakni Khudori dan seorang Profesor tentang ketahanan pangan di Badan Pangan Nasional, Prof. Risfaheri.

Tak lupa penulis sekaligus kurator diterima langsung Kepala Badan Pangan, Arief Prasetyo Adi bahwa Bapanas tak mungkin kerja sendiri, sebab realitas daulat pangan memunculkan keharusan kolaborasi dan Bapanas menjadi pemicu orkestrasi multisektor dan aktor dari seluruh lapisan warga, termasuk komunitas seniman.

Tentang kebebasan berekpresi dan misi menyuarakan pesan-pesan, bekerja bareng dengan komunitas-komunitas seni, termasuk pihak Dewan Kesenian Jakarta pun perbincangan mendalam bentuk-bentuk visual yang efektif dan bisa diterima oleh anak muda sangat diapresiasi Bapanas.

Bagaimanapun, jenis seni mural beraroma propaganda waktunya memberi pencerahan-pencerahan.

Desain karya mural Bujangan Urban dokumen Jakarta Art MovementJakarta Art Movement/ JAM Desain karya mural Bujangan Urban dokumen Jakarta Art Movement
Seperti salah seorang partisipan seniman, Bujangan Urban. Seniman yang tiga dekade ini suntuk memberi penanda di tembok-tembok jalanan kota tenar dengan eksplorasi bunga-bunga ibu kota dengan simbol kemudaan dan warna-warni cerah mewakili ekspresi kemajemukan nak muda.

Bujangan Urban, seolah tak bosan, mengulik fundamen keamanan pangan dengan kutipan provokatif pidato Soekarno dengan pernyataannya,“Soal Persediaan Makanan Rakyat Ini Bagi Kita Adalah Hidoep Dan Mati”, yang teks itu semata-mata merupakan kebenaran sejarah, kondisi negeri dan kebenaran estetika.

Ingatan kita segera terbang bahwa hampir di seluruh pelosok jagad, sebuah rezim politik, termasuk Soekarno sendiri tumbang disebabkan tingkat inflasi dan harga bahan pokok yang tinggi dan rakyat semata yang terimbas paling menderita.

Pada seniman lain yang berpartisipasi, yang termuda, yakni Alfi seorang perempuan muda, sarjana arsitektur mengolah dengan cerdas gaya satirikal tentang imej sosok kucing berbiaya mahal pemeliharaannya, yang berjenis ras luar, Maine Coon yang memiliki bulu lebat, halus dan lembut serta berwarna coklat.

Alfi mengaksplorasi ide tentang sentilan-sindiran halus, gaya bahasa dengan majas yang menjadi kosa-kata tradisi lokal kita sebenarnya, yakni semenjak ribuan tahun, misalnya serupa syair atau pantun.

Sosok kucing bagi sebagian kelas menengah-atas perkotaan merupakan hak-keistimewaan kepemilikan untuk mencintai binatang peliharaan seolah anggota keluarga --pet, dari tata-bulu dengan fasilitas salon khusus (styling- gunting, kuku dan tata bulu), dokter hewan/veterinary surgeon yang mengatur keseimbangan nutrisi, bahkan sampai control makanan non pengawet yang menjamin bulu kucing tak rontok.

Dengan lambang citra kesuksesan dan kemapanan warga kelas menengah-atas kota, Alfi cukup menyampirkan sindiran halus dengan teks gaya anak muda “Semua Berhak Mendapatkan Pangan Yang Sehat!” telah menohok dalam benak kita.

Binatang saja diberlakukan dengan pemenuhan gizi yang premium, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang berkekurangan gizi di wilayah Indonesia bagian Timur?—sesuai data dan grafik di Bapanas, tentang kerawanan pangan terjadi di Indonesia Timur dengan peta berwarna merah.

Anak muda bertani, agitasi kota dan sagu papua

Karya desain Mural Isrol Medialegal dokumen Jakarta Art MovementJakarta Art Movement/ JAM Karya desain Mural Isrol Medialegal dokumen Jakarta Art Movement
Seniman dari Jogjakarta berekspresi lain, yakni Isrol Medialegal yang memilih tiga sosok anak-muda menggotong bibit-benih padi, singkong, ikan dan tergambar pula secara transparan seeekor ayam.

Isrol dengan elok memakai teknik stencil plus mural mengandaikan tingkat ketersediaan makanan, seperti lumbung yang menjamin kecukupan pasokan bahan pokok akan bermasalah jika tak ada generasi penerus petani, peternak, dan nelayan.

Padi-singkong, ayam dan ikan adalah triumvirat wujud kewaspadaan, tatkala anak-anak muda memilih tepung dan makanan berbasis olahan menu mie menjadi selera 60 persen populasi anak muda mngonsumsi makanan di desa dan kota.

Para petani millenial menjadi imajinasi Isrol, sekaligus mengatakan dengan gambar-gambar berwarna-warni bahwa menjadi petani sudah pasti keren tak kalah dengan menjadi seorang youtuber!

Isrol juga menambahkan teks: Menanam Kehidupan! Sebuah dialektika seni dan hidup terhampar di tembok di kompleks Teater Kecil, di Taman Ismail Marzuki bahwa jika seni memberi pencerah, maka seharusnya hidup berhulu dengan pangan dalam kecukupan.

Penulis mengingat, buku seminal Graham Wallas, tentang proses kreatifitas seseorang dari buku The Art of Thought, awal abad 20; yang menyampaikan bahwa seni sejatinya adalah proses personal sekaligus komunal yang bersisihan dengan proses saturasi yang terkait dengan informasi dan riset, kemudian inkubasi, yaitu proses reflektif ambang bawah sadar dan fase kristalisasi.

Pada tahap inkubasi di sana, ambang bawah sadar secara komunal kita, sebagai bangsa beririsan dan mengalami perjalanan reflektif yang sangat intim.

Inilah yang memprovokasi Isrol, pikiran-pikiran tentang yang Indonesia dan yang personal, tentang Petani-Peternak dan Nelayan, mampu mengurai, memaknai ulang sekaligus membaca secara nalar dan rasa atas fenomena atau peristiwa-peristiwa tentang daulat pangan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com