Kiprah Kada sebagai pakkacaping makin meluas saat beberapa kali menjadi duta Kabupaten Polewali Mandar dalam acara-acara kesenian tradisi tingkat regional khusus di Provinsi Selatan pada 2003.
Tak hanya itu, ia juga didapuk sebagai delegasi Sulawesi Barat untuk menjemput tamu- tamu kehormatan yang berkunjung setelah Sulawesi Barat resmi melepaskan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2004.
Kada sebagai seniman tradisi juga sering melakukan pertunjukan Kacaping Mandar di berbagai pelosok desa Sulawesi Barat dan Donggala di Sulawesi Tengah.
Beberapa wilayah di Kalimantan juga pernah ia kunjungi, mulai dari Sangata, Bontang, Muara Bada, Samarinda, Balikpapan, Panajam, Grogot, Tarakan, Nunukan, Batu Licin, hingga Karrasing.
Kada juga pernah mendapat kesempatan mengujungi Kota Solo dan Jakarta sebagai duta pakkacaping Mandar, serta merekam alunan Kacaping Mandar dan syair-syair yang dilantunkannya di studio rekaman.
Baca juga: Kolaborasi Unicharm dengan Kemendikbudristek, Ciptakan Budaya Hidup Sehat dan Bersih
Sebagai seorang seniman tulen, Kada benar-benar multitalenta. Tidak hanya memainkan alat musik dan bersyair, ia juga mahir membuat alat musik kacaping sendiri.
Kada selalu menggunakan kayu utuh dari pohon Nangka atau kayu cendana karena kualitasnya dikenal bagus untuk membuat kacaping dan memiliki warna merah yang alami. Dibutuhkan waktu satu minggu untuk menghasilkan satu buah kacaping Mandar dari tangannya.
Kendati permainan kacaping masih diminati banyak orang, tetapi Kada mengakui bahwa modernisasi menjadi tantangan terberat bagi kacaping Mandar. Tak hanya kalah dengan hiburan modern, regenerasi pakkacaping pun mulai berkurang peminatnya.
Ada alasan mengapa kacaping kurang diminati. Salah satunya, syair-syair yang dilantunkan seringkali dianggap sulit untuk dirangkai karena pakkacaping biasanya menciptakan syair-syair sendiri sesuai dengan situasi pada saat pertunjukan berlangsung.
Baca juga: Kemendikbudristek Buka Lowongan Kerja Penerjemah Buku Bahasa Arab
Spontanitas inilah yang menjadi tantangan para generasi muda untuk menguasai kesenian tradisional ini. Untuk menggaet minat anak muda, Kada pun rutin melakukan pembinaan untuk ikut berpartisipasi dalam program belajar kacaping Tommuane.
“Tidak ada persyaratan khusus bagi mereka yang ingin belajar menjadi seorang pakkacaping. Tidak perlu suara yang merdu. Yang penting, bagus dalam penyebutan syair. Sama seperti orang yang belajar mengaji. Walaupun suara tidak bagus, tapi tajwid bagus, itu yang baik,” ujar Kada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.