Karena selama hak prerogratif masih dipegang pemilik tampuk tertinggi PDIP Megawati Soekarnoputri, keberadaan kader-kader militan terbaik yang berpeluang maju ke bursa politik yang tinggi, bisa terbentur jalan buntu.
Kecuali jika partai menginisisi sebuah gagasan membuat konvensi mengumpulkan kandidat-kandidat terbaiknya dan kemudian melalui keputusan aklamasi mengeluarkan daftar calon yang akan maju ke pilpres 2024.
Dengan cara ini akan terlihat lebih elegan dan demokratis, daripada seperti tidak ada koordinasi dan justru kejadian kontra politik untuk saling “menjatuhkan”, dan secara tidak langsung membuat pamor dan kredibilitas partai PDI-P bisa menurun.
Apalagi jika dasar fanatisme dan militansi pendukungnya karena “ketokohan”, seperti PDI-P dengan nama besar Presiden Soekarno dan Megawati sebagai pewaris cita-citanya.
Bagaimana jika ketokohan itu hilang, apakah PDI-P masih berada dalam posisi dengan kekuatan dukungan politiknya yang besar sehingga menjadi satu-satunya partai yang bisa lolos electoral presidensial, kalaupun tidak memiliki teman koalisi.
Atau justru sebaliknya jatuh pamornya. Angin politik tak mudah diduga kemana akan berhembus. Apakah akan menjadi angin sejuk sepoi atau justru menjadi badai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.