Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alarm Prabowo Menuju RI-1: Ancaman Suara Jeblok dan Ditinggal Pemilih Pemula

Kompas.com - 29/10/2022, 12:35 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berkali-kali unggul dalam survei, elektabilitas Prabowo Subianto sebagai salah satu kandidat calon presiden kini mulai merosot. Survei Litbang kompas mencatat elektabilitas Prabowo anjlok, tergerus dukungan kandidat lain.

Mengapa bisa demikian?

Sebagai seorag kandidat capres yang hampir pasti sudah memegang tiket untuk maju dengan koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Prabowo masih menjadi kandidat kuat.

Bekalnya dalam dua kali pemilu maju sebagai capres juga menjadi modal Prabowo. Akan tetapi, dua modal kuat Prabowo itu rupanya belum cukup bisa memastikan elektabilitasnya akan terus berada di peringkat pertama.

Baca juga: Litbang “Kompas” : Dukungan Pemilih Pemula pada Prabowo Merosot Signifikan

Jajak pendapat Litbang Kompas periode 24 September-7 Oktober 2022 menunjukkan tingkat elektoral Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencapai 23,2 persen.

Sementara itu, elektabilitas Prabowo saat ini berada di posisi kedua dengan raihan 17,6 persen. Sedangkan elektabilitas Anies Baswedan berada di urutan ketiga, yaitu sebesar 16,5 persen.

Sebenarnya kenaikan elektabilitas Ganjar tidak signifikan dibandingkan survei yang sama Juni lalu, tingkat elektoralnya hanya mengalami peningkatan 1,2 persen.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Suara Prabowo di Jawa Barat Tergerus Ridwan Kamil

 

Kala itu, tingkat elektabilitas Ganjar sebesar 22 persen. Namun, elektabilitas Prabowo justru merosot tajam dibanding survei Juni 2022.

Saat itu, tingkat elektoral mantan Danjen Kopassus tersebut ada di angka 25,3 persen. Jika dikalkulasikan elektabilitas Prabowo turun drastis di angka 7,7 persen.

Litbang Kompas/BES Survei Litbang “Kompas”: Ganjar Kantongi Paling Banyak Suara Pemilih Mula

 

Kehilangan suara di Jabar dan pemilih pemula

Litbang Kompas mencatat faktor merosotnya elektabilitas Prabowo karena dua faktor signifikan.

Dalam survei terlihat, Prabowo mengalami penyusutan dukungan di kalangan pemilih pemula dan juga di kalangan warga Jawa Barat. Diketahui, dalam dua kali pilpres, Jawa Barat adalah salah satu basis dukungan Prabowo saat melawan Jokowi.

Pada bulan Oktober 2022 ini, Ketua Umum Partai Gerindra itu hanya dipilih 14 persen pemilih pemula.

“Prabowo yang sempat memuncaki dukungan dari kalangan pemilih mula ini mulai memudar pada survei berikutnya.” ujar peneliti Litbang Kompas Bestian Nainggolan dikutip dari Kompas.id, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Anies Melonjak, Prabowo Merosot

Jika dibandingkan pada survei pada Oktober 2021, Prabowo meraih elektabilitas sebesar 29,2 persen di kalangan pemilih pemula.

Angka itu turun pada Juni 2022 menjadi 16,7 persen dan kini anjlok di angka 14 persen saja.

“Gejala penurunan sudah terjadi pada dua survei berturut yang sekaligus menunjukan semakin kurang populernya tokoh tersebut pada kalangan ini,” kata Bestian. 

Selanjutnya, Prabowo juga kehilangan suara jika dilihat per wilayah.

Suara Prabowo di Jawa Barat tergerus oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

 

Di gugus Maluku-Papua, terutama Papua Barat, tingkat keterpilihan Menteri Pertahanan itu diimbangi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sementara basis massa Prabowo lainnya yakni di Sumatera Barat, suara Prabowo juga mulai diimbangi oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Namun demikian, menurut hasil jajak pendapat Litbang Kompas soal keterpilihan figur calon presiden (capres) yang dirilis Rabu (26/10/2022), Prabowo masih unggul di sejumlah wilayah seperti Banten.

Di luar Pulau Jawa, pemilih Prabowo banyak tersebar di Sumatera Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

KOMPAS Survei Litbang Kompas Oktober 2022 - Elektabilitas Kandidat Capres

Mengapa bisa anjlok?

 

Ada beragam analisis soal merosotnya dukungan terhadap Prabowo ini. Salah satunya diungkap Direktur Lembaga Kajian Politik Nasakom Pratama Ari Junaedi.

Dia menganggap publik sudah mulai jenuh dengan Prabowo yang dianggap sebagai "wajah lama", terutama bagi mereka yang merupakan pemilih baru.

Dia menyebut elektabilitas Prabowo Subianto sudah menuju ke titik jenuh. Dua kali mencoba peruntungan sebagai Capres tak menjadikan Prabowo mengantongi elektabilitas tinggi pada perhelatan politik 2024 nanti.

"Figur-figur lama seperti Prabowo tidak menawarkan lagi pilihan-pilihan baru," ujar Ari kepada Kompas.com, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Publik yang Tidak Puas dengan Pemerintahan Jokowi Diprediksi Tak Akan Pilih Prabowo pada Pilpres 2024

Ari bahkan berpandangan, elektabilitas Prabowo yang semakin menurun justru disebabkan dari pencapresan yang gagal di tahun 2014 dan tahun 2019 lalu.

Publik bosan melihat sosoknya yang terpampang di kertas suara pemilihan presiden.

"Sudah jenuh, apalagi dengan rekam jejak Prabowo yang berkali-kali nyapres, bahkan pernah jadi cawapres gagal, ini menjadi memori kolektif dari publik," imbuh dia.

Menurut dia, elektabilitas Prabowo bisa stagnan sampai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 saja sudah menjadi pencapaian yang baik.

Baca juga: Elektabilitas Prabowo Anjlok, Sebagian Pendukung Disebut Kecewa Gerindra Gabung Kabinet Jokowi

Pasalnya, saat ini muncul beberapa figur calon presiden (capres) baru yang memiliki daya tarik lebih pada publik.

“Tampilnya sosok-sosok muda seperti Ganjar, Anies, AHY, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno justru lebih memikat pilihan calon pemilih,” sebut dia.

Dalih belum lakukan kampanye

Pihak Gerindra pun angkat bicara atas elektabilitas ketua umum mereka yang semakin merosot.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, elektabilitas yang turun disebabkan Prabowo yang belum bergerak melakukan kampanye.

Dasco mengatakan, angka yang menurun bisa dianggap wajar karena bisa saja angka itu berubah saat Prabowo mulai berkampanye.

Baca juga: Prabowo-Muhaimin Bakal Bertemu Besok, Matangkan Duet Capres-Cawapres

"Kita sama-sama tahu bahwa Pak Prabowo belum melakukan kampanye-kampanye hanya melakukan kerja-kerja sebagai Menteri Pertahanan membantu presiden," ujar Dasco.

Dasco juga menganggap hal yang wajar tokoh selain Prabowo mengalami kenaikan angka elektabilitas.

Namun dia yakin, saat Prabowo fokus memulai kampanye, elektabilitas yang saat ini dipaparkan berbagai survei bisa terkejar.

"Pemilu masih ada waktu, kita akan lihat pada akhirnya siapa elektabilitas yang paling tinggi," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Refleksi 26 Tahun Reformasi: Perbaiki Penegakan Hukum dan Pendidikan Terjangkau

Refleksi 26 Tahun Reformasi: Perbaiki Penegakan Hukum dan Pendidikan Terjangkau

Nasional
Diajak Jokowi Keliling Malioboro, Jan Ethes Bagi-bagi Kaus ke Warga

Diajak Jokowi Keliling Malioboro, Jan Ethes Bagi-bagi Kaus ke Warga

Nasional
Gerindra Minta soal Jatah Menteri Partai yang Baru Gabung Prabowo Jangan Jadi Polemik

Gerindra Minta soal Jatah Menteri Partai yang Baru Gabung Prabowo Jangan Jadi Polemik

Nasional
Gerindra: Nasdem Sama dengan Partai Koalisi yang Lebih Dulu Gabung, Hormati Hak Prerogatif Prabowo

Gerindra: Nasdem Sama dengan Partai Koalisi yang Lebih Dulu Gabung, Hormati Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Pengamat: Sangat Mungkin Partai yang Tak Berkeringat Dukung Prabowo-Gibran Dapat Jatah Menteri

Pengamat: Sangat Mungkin Partai yang Tak Berkeringat Dukung Prabowo-Gibran Dapat Jatah Menteri

Nasional
PDI-P Sebut Ahok Siap Maju Pilgub Sumut, Jadi Penantang Bobby

PDI-P Sebut Ahok Siap Maju Pilgub Sumut, Jadi Penantang Bobby

Nasional
Pernyataan Megawati soal Tak Ada Koalisi dan Oposisi Sinyal agar Presiden Tidak Takut Parlemen

Pernyataan Megawati soal Tak Ada Koalisi dan Oposisi Sinyal agar Presiden Tidak Takut Parlemen

Nasional
PDI-P Akui Sulit Cari Ganti Megawati dalam Waktu Dekat

PDI-P Akui Sulit Cari Ganti Megawati dalam Waktu Dekat

Nasional
PDI-P Bentuk Tim Pemenangan Pilkada Nasional, Dipimpin Adian Napitupulu

PDI-P Bentuk Tim Pemenangan Pilkada Nasional, Dipimpin Adian Napitupulu

Nasional
Sebut Pilpres Telah Usai, PDI-P Siap Gandeng Semua Partai di Pilkada

Sebut Pilpres Telah Usai, PDI-P Siap Gandeng Semua Partai di Pilkada

Nasional
Polri Diminta Jelaskan soal Isu Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Polri Diminta Jelaskan soal Isu Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Nasional
Sudirman Said Harap Pilkada Jakarta 2024 Tak Lagi Timbulkan Polarisasi

Sudirman Said Harap Pilkada Jakarta 2024 Tak Lagi Timbulkan Polarisasi

Nasional
Megawati Bakal Beri Pengarahan di Hari Kedua Rakernas V PDI-P

Megawati Bakal Beri Pengarahan di Hari Kedua Rakernas V PDI-P

Nasional
Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com