JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai, menurunnya elektabilitas Prabowo Subianto tak lepas dari keputusan Ketua Umum Partai Gerindra itu merapat ke pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dia menduga, massa pendukung pasangan Prabowo-Sandiaga Uno pada Pemilu 2019 kemarin kecewa karena figur yang mereka dukung justru kini berkoalisi dengan Jokowi-Ma'ruf Amin yang dulunya merupakan lawan.
"Mungkin saja ada kekecewaan dari sebagian besar pemilih Prabowo Subianto dalam pilpres lalu dengan keputusan Prabowo Subianto untuk bergabung dalam pemerintahan saat ini," kata Bawono kepada Kompas.com, Sabtu (29/10/2022).
Baca juga: Litbang “Kompas” : Dukungan Pemilih Pemula pada Prabowo Merosot Signifikan
Menurut Bawono, langkah Prabowo bergabung dengan pemerintah juga belum tentu memberikan dorongan elektabilitas terhadap Menteri Pertahanan itu.
Dia menduga, publik yang merasa tidak puas dengan pemerintah kini tidak akan memilih Prabowo pada pemilu presiden (pilpres) mendatang.
"Konsekuensi dari hal itu juga adalah kelompok publik merasa tidak puas terhadap pemerintahan saat ini pun tidak akan lagi menjadikan Prabowo Subianto sebagai preferensi pilihan politik mereka," ujarnya.
Bawono memaparkan, berdasar survei Indikator Politik Indonesia sepanjang tahun 2022, nama Prabowo selalu masuk dalam tiga besar bakal calon presiden dengan elektabilitas dua digit, bersanding dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Meski begitu, jika dibandingkan pada periode jelang Pemilu 2019, elektabilitas Prabowo merosot tajam.
Baca juga: Elektabilitas Prabowo Anjlok, Gerindra: Belum Kampanye, Masih Kerja Bantu Pak Jokowi
Sementara, tingkat popularitas mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu sudah di atas 96 persen, hampir menyentuh angka 100 persen. Artinya, hampir seluruh pemilih di Indonesia mengenal Prabowo.
Dengan elektabilitas Prabowo yang masih di kisaran 20 persen dan belakangan menurun, Bawono menyebutkan, tampak ada jurang yang tinggi antara tingkat popularitas dengan tingkat elektoralnya.
"Jurang lebar ini juga dapat dibaca bahwa tingkat kedisukaan pemilih terhadap Prabowo Subianto tidak setinggi tingkat popularitas," lanjut dia.
Untuk diketahui, survei sejumlah lembaga memperlihatkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto mengalami penurunan. Prabowo tergeser oleh Politisi PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang dirilis pada Rabu (26/10/2022) misalnya, mencatatkan elektabilitas Ganjar sebesar 23,2 persen.
Tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Tengah itu memang naik dibandingkan survei sebelumnya. Pada Juni 2022, elektabilitasnya tercatat 22 persen, sedangkan pada Januari 2022 sebanyak 20,5 persen.
Sementara, dalam survei yang dirilis Oktober, Prabowo mengantongi elektabilitas 17,6 persen, merosot tajam dibanding survei Juni 2022 sebesar 25,3 persen, dan survei Januari sebanyak 26,5 persen.