Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satpam Komplek Duren Tiga Ngaku Tak Diancam AKP Irfan, Hanya Dilarang Lapor Pak RT

Kompas.com - 26/10/2022, 22:55 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satpam Komplek Polri Duren Tiga Abdul Zapar mengatakan, dirinya tidak diancam saat sejumlah polisi, termasuk AKP Irfan Widyanto, datang untuk mengganti DVR CCTV di pos satpam Komplek Polri Duren Tiga pada Sabtu (9/7/2022) lalu.

Zapar mengungkapkan hal itu dalam agenda pemeriksaan saksi dengan terdakwa AKP Irfan.

Irfan menjadi terdakwa perintangan penyidikan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

"Tidak ada (ancaman)," ujar Zapar di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2022).

Baca juga: Hakim Heran AKBP Ari Cahya Tak Peringatkan AKP Irfan yang Disuruh Hilangkan Bukti Kematian Brigadir J

Zapar mengaku dirinya hanya tidak diperbolehkan menghubungi Ketua RT setempat saat Irfan dkk hendak mengganti DVR CCTV.

Di lain sisi, Zapar juga sedang mengerjakan tugas lain.

"Saya mengerjakan tugas komplek yang lain karena saya jaga sendiri," ucapnya.

Hanya, Zapar mengatakan memang sempat ada pihak yang melarangnya untuk menemui Ketua RT.

Akan tetapi, Zapar tidak mengetahui identitas orang tersebut. Apalagi orang itu menggunakan masker.

"Saya tidak kenal. Saya tidak tahu," kata Zapar.

Baca juga: AKP Irfan Tak Bisa Menolak saat Diperintah Ferdy Sambo Ganti DVR CCTV Bukti Pembunuhan Yosua

Walau tidak diperbolehkan menelepon Ketua RT, Zapar mengatakan AKP Irfan sudah siap bertanggung jawab terkait penggantian DVR CCTV.

Menurut Zapar, setiap hal yang dilakukan di Komplek Polri harus melapor ke pihak RT terlebih dahulu.

Irfan lantas memberikan nama, pangkat, dan nomor teleponnya kepada Abdul Zapar.

"Kalau nama itu saya minta setelah pergantian DVR yang bertanggung jawab, kalau nanti saya ditanya RT. Ada salah satu orang yang menyebutkan AKP Irfan," imbuhnya.

Salah satu anggota Irfan, Thomser Christian Natal, menyebut Irfan tidak melakukan screening CCTV di Komplek Polri, terutama dekat rumah Sambo.

Baca juga: Ketua RT Marah karena DVR CCTV Kompleks Polri Diambil Anak Buah Ferdy Sambo Tanpa Izin

Menurutnya, saat itu, Kombes Agus Nurpatria hanya memerintahkan Irfan untuk mengambil dan mengganti DVR CCTV saja.

"Itu disampaikan oleh Pak Agus Nurpatria kepada Pak Irfan, untuk mengambil dan mengganti DVR," kata Thomser.

Irfan pada akhirnya membeli DVR CCTV seharga Rp 3,5 juta. DVR itu kemudian dipakai untuk mengganti DVR CCTV di pos satpam yang berisi petunjuk mengenai kematian Brigadir J.

Bantahan AKP Irfan

AKP Irfan Widyanto membantah sejumlah keterangan satpam Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Abdul Zapar.

AKP Irfan membantah pengakuan Zapar yang mengaku dihalang-halangi saat mau melapor ke Ketua RT Komplek Polri Duren Tiga terkait penggantian DVR CCTV.

Pasalnya, Zapar mengaku didatangi sejumlah orang saat hendak menelepon ketua RT.

"Karena faktanya, ketika saya datang, saya mengizinkan untuk (Zapar) menghubungi ketua RT," ucap Irfan.

Walau sudah dibantah, Zapar tetap bersikukuh dengan keterangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com