Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Politik Wanda Hamidah, Aktivis yang Ikut Tumbangkan Orde Baru, Kini Gabung ke Golkar

Kompas.com - 21/10/2022, 12:10 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

"Di sisi lain, Gus Solah menjadi Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Kasus Kerusuhan Mei 1998 Komnas HAM," tuturnya.

Gabung ke PAN

Vokal menyuarakan agenda reformasi membuat Wanda Hamidah akhirnya bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN), parpol yang dibidani oleh tokoh reformasi Amien Rais.

Sejak akhir 1998, Wanda sudah aktif menjadi juru kampanye PAN. Partai berlambang matahari putih itu sendiri lahir setelah runtuhnya kekuasaan Soeharto, sekira Agustus 1998.

"Secara struktural saya tidak masuk dalam kepengurusan PAN, tetapi kadangkala diundang misalnya untuk dialog pemuda," kata Wanda seperti diberitakan Harian Kompas, 26 Mei 1999.

 

Baca juga: Wanda Hamidah Pindah ke Golkar, Nasdem: Ke Partai Mana Saja, Itu Hak Dia

Di bawah bendera PAN, Wanda masih lantang menyuarakan perubahan dari rezim Soeharto. Dia menyebut bahwa masyarakat kini merupakan korban Orde Baru.

"Kita mengimbau khalayak ramai untuk tidak memilih partai-partai status quo, karena pengaruhnya kepada berbagai aspek kehidupan masyarakat," ujarnya, masih mengutip Harian Kompas edisi 26 Mei 1999.

Wanda dipercaya sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN selama 2006-2010.

Tahun 2009, dia terpilih sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta dari PAN. Wanda duduk di Komisi E yang membawahi bidang kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan.

Kiprah politik Wanda bersama PAN terhenti setelah 16 tahun. Tepatnya September 2014, Wanda dipecat oleh PAN lantaran mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres Pemilu 2014.

Saat itu, PAN yang dipimpin oleh Hatta Rajasa, mendukung pencalonan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Wanda mengaku tak masalah didepak dari partai yang telah membesarkan namanya selama belasan tahun tersebut. Saat itu dia menilai, dukungan untuk Prabowo tak sejalan dengan semangat reformasi yang digelorakan PAN.

"Ketika reformasi berlangsung, otoritarianisme Orde Baru dilawan oleh partai saya. Terjadinya reformasi juga harus dibayar mahal karena harus dilalui dengan pertumpahan darah," kata Wanda di Jakarta, 16 September 2014.

"Saya tidak menyesal dengan pemberhentian saya dari PAN," tuturnya.

Baca juga: Ditanya Kemungkinan Gabung dengan Golkar, Susi Pudjiastuti: Maunya Pak Airlangga Itu

Dari Nasdem ke Golkar

Bertolak dari PAN, Wanda merapat ke Partai Nasdem. Tahin 2017, dia dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) partai besutan Surya Paloh itu.

Pada Pemilu 2019, Wanda mencoba peruntungannya dengan mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta I. Namun, dia gagal.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com