Dalam perjalanannya, ada beberapa dugaan yang muncul.
Selain intosikasi (keracunan) etilen glikol, dugaan lain yang perlu diteliti lebih lanjut adalah infeksi virus.
Berdasarkan pemeriksaan, ditemukan ragam jenis virus dalam tubuh pasien.
Namun, virus-virus tersebut berbeda antara satu pasien dengan pasien lain sehingga tidak bisa disimpulkan sebagai penyebab gangguan ginjal akut.
Virus-virus tersebut ialah leptospirosis, influenzae, parainfluenzae, virus CMV, virus HSV, bocavirus, legionella, shigella, e.coli, dan sebagainya.
Baca juga: IDAI Awalnya Duga Gangguan Ginjal Akut Sebuah MIS-C, tapi Tak Seperti Umumnya
Dugaan juga mengarah pada Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem usai Covid-19.
MIS-C adalah komplikasi yang dapat muncul pada pasien Covid-19 anak, di mana terjadi peradangan di berbagai sistem organ termasuk ginjal.
Lagi-lagi, dugaan ini perlu diteliti lebih lanjut. Sebab, respons pasien di berbagai daerah saat diberikan tata laksana penanganan dan pengobatan untuk MIS-C berbeda-beda, ada yang membaik, namun ada pula yang tidak.
"Di Indonesia kita belum konklusif, belum ada sebab tunggal apa yang menyebabkan AKI ini. Ada teori MIS-C, ada teori infeksi yang lain, ada kandungan di dalam obat," katanya.
Kendati begitu, ada kabar baik dari Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), yakni ada harapan sembuh bagi penderita. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati.
Ia mengaku sudah menemukan penderita gangguan ginjal akut yang sembuh total pada beberapa pasien
"Secara umum gangguan ginjal akut itu meskipun sampai terjadi yang stadium 3, yaitu gagal ginjal akut, ketika dia penyembuhan bisa pulih total," tutur Eka di kesempatan yang sama.
Baca juga: Gangguan Ginjal Akut Merebak, Kemenkes Instruksikan Apotek Setop Jual Obat Sirup
Anak-anak tersebut dinyatakan sembuh total saat ginjalnya kembali memproduksi jumlah air seni atau urine dengan normal maupun mengeluarkan sisa-sisa sampah metabolisme.
Beberapa pasien bahkan sudah tidak memerlukan terapi hemodialisis atau cuci darah.
Kendati bisa sembuh, orang tua harus waspada. Sebab, penyintas gangguan ginjal akut misterius ini tetap berisiko terkena infeksi berat ketika dehidrasi (kekurangan cairan).
Saat kekurangan cairan misalnya, ia bisa terkena gangguan ginjal akut lagi.
"Iya, ada (yang sembuh). Tidak memerlukan cuci darah lagi, fungsi ginjalnya pulih sempurna. Jadi ini memang berbeda dengan orang-orang yang cuci darah karena usia ya, karena tua," ucap Eka.
Baca juga: Epidemiolog: Gangguan Ginjal Akut pada Anak Sudah Masuk Kategori KLB
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.