Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musra II Relawan di Makassar, Jokowi Dicurigai Jadi Capres Paling Unggul Lagi

Kompas.com - 25/09/2022, 19:36 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Hendri Satrio curiga nama Joko Widodo (Jokowi) akan kembali muncul sebagai nama calon presiden (capres) yang paling diharapkan rakyat di Musyawarah Rakyat (Musra) II, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (2/10/2022) mendatang.

Diketahui, pada hasil Musra I di Bandung, Jawa Barat, pada akhir Agustus 2022, Jokowi menjadi capres harapan rakyat yang paling unggul.

"Marilah kita clear-kan, to be honest, to the point lah. Sudah, Musyawarah Rakyat ini adalah musyawarah relawan Jokowi yang ingin Jokowi lagi," ujar Hendri dalam acara diskusi Total Politik di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (25/9/2022).

Baca juga: Relawan Gelar Musra II Awal Oktober, Akankah Jokowi Kembali Hadir?

Hendri menyebut masih ada relawan Jokowi lain yang juga ingin mendapat jabatan sebagai wakil menteri.

Menurutnya, saat ini sudah ada satu relawan Jokowi yang menjadi wakil menteri. Sehingga, jika Jokowi menjadi Presiden tiga periode, maka relawannya itu akan mendapat posisi strategis lagi.

"Jadi Musyawarah Rakyat ini bukan lagi mencari pemimpin. Ini sudah pasti hasilnya ujungnya Jokowi. Enggak mungkin hasilnya orang lain. Pasti Jokowi. Enggak mungkin kemudian tiba-tiba hasilnya Anies Baswedan atau Puan Maharani," tuturnya.

Sehingga, kata Hendri, apabila pada hasil Musra II di Makassar nanti nama yang keluar sebagai capres yang paling diharapkan rakyat adalah Jusuf Kalla, maka Musra akan berhenti dan tidak dilanjutkan lagi lantaran bukan nama Jokowi yang keluar.

Dalam kesempatan yang sama, anggota DPR RI Fraksi Demokrat Irwan Fecho mengaku sudah curiga dengan Musra sejak pertama kali didirikan.

Baca juga: Jokowi Capres Paling Diharapkan di Musra, Panitia: Itu Baru di Jabar

Pasalnya, Musra diprakarsai oleh para relawan Jokowi.

"Musra kami pikir mau ada ke-2, ke-3, kami positive thinking kita akan dukung selama itu menguatkan demokrasi. Jadi kalau Musra ini makin ke sana menguatkan demokrasi, tentu ini baik. Apalagi kita ada pesta rakyat di 2024," kata Irwan.

"Tapi kemudian kalau ada arah Musra itu untuk konsolidasi 3 periode, tentu kita akan menolak. Karena sejak awal kita katakan periode 3 kekuasan tentu melanggar konstitusi," sambungnya.

Irwan menekankan durasi kekuasaan memimpin negara harus dikuasai, hanya sebanyak dua periode.

Dengan demikian, seharusnya masa tugas Jokowi sebagai Presiden akan berakhir di tahun 2024 nanti.

Menanggapi kecurigaan-kecurigaan tersebut, Ketua Panitia Nasional Musra Panel Barus menekankan bahwa hasil Musra I di Bandung adalah murni suara rakyat di Jawa Barat.

Baca juga: Jokowi Jadi Capres Paling Diinginkan di Musra, Demokrat: Skenario Wacana 3 Periode

Dia tidak bisa menjamin apakah nama Jokowi tidak dimunculkan di Musra II.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com