Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Pilkada Asimetris untuk Tekan Korupsi, Puskapol UI Bandingkan dengan Era Orde Baru

Kompas.com - 23/09/2022, 12:30 WIB
Vitorio Mantalean,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) mengkritik wacana pemerintah dan MPR RI mengubah model pilkada langsung menjadi asimetris dengan dalih menekan korupsi.

Sebagai informasi, Kementerian Dalam Negeri sejak kepemimpinan Tito Karnavian telah mengusulkan diterapkannya pilkada asimetris.

Dalam model pilkada asimetris, maka akan ada beberapa kepala daerah yang tidak dipilih langsung oleh rakyat melainkan ditunjuk oleh pemerintah.

Badan Pengkajian MPR RI juga mewacanakan hal serupa dalam pertemuan dengan KPU RI, Rabu (23/9/2022).

Baca juga: Ini Pertimbangan MPR Lakukan Kajian Pilkada Asimetris

Kemendagri dan MPR RI mengklaim, penunjukan ini bakal menekan biaya politik yang biasa digunakan para calon kepala daerah untuk berkampanye, sehingga dapat menekan korupsi ketika menjabat.

"Argumen ini sangat sumir dan tidak bisa dibuktikan. Apa indikator yang bisa memastikan ketika pilkada tidak langsung, korupsi bisa ditekan karena tidak ada biaya politik?" kata Direktur Eksekutif Puskapol UI, Hurriyah, kepada Kompas.com, Jumat (23/9/2022).

"Pilkada langsung memang membawa efek ikutan, tapi pilkada langsung bukan satu-satunya faktor penyebab korupsi," ujar Hurriyah menambahkan..

Hurriyah menekankan bahwa biaya politik bukan hanya timbul dari kampanye kandidat.

Ia meyakini, pilkada digelar langsung maupun tidak, biaya politik pasti tetap ada, hanya locus-nya (tempat) yang berganti.

Baca juga: MPR Buka Peluang UU Pemilu dan Pilkada Digabung Jadi Omnibus Law demi Pilkada Asimetris

Biaya politik itu umumnya berupa suap yang bisa timbul di DPRD atau partai politik dalam upaya lobi-lobi politik.

Selain itu, biaya politik juga amat mungkin muncul di birokrasi sebagai jual-beli jabatan, supaya nama si kandidat dapat diusulkan sebagai calon kepala daerah.

"Ada banyak faktor penyebab korupsi di Indonesia, tapi sistem pemilihan terbuka, kalau kita lihat kerjanya, tidak pernah menjadi faktor penyebab korupsi," kata Hurriyah.

"(Korupsi) ini kita bicara bagaimana struktur politik hingga tradisi patronase yang kuat. Zaman Orde Baru, semuanya (pemilihan) tidak langsung, korupsinya luar biasa," ucapnya membandingkan.

Baca juga: MPR Pertimbangkan Pilkada Asimetris, Sebagian Kepala Daerah Tak Lagi Dipilih Langsung

Saat ini, pemerintah sedang besar-besaran menunjuk Penjabat (Pj) Kepala Daerah sebagai imbas mundurnya pilkada di ratusan daerah ke tahun 2024.

Dalam penunjukan besar-besaran ini, Mendagri Tito Karnavia pernah mengungkapkan harapannya bahwa ini dapat menjadi model evaluasi terhadap sistem pilkada langsung yang dianggapnya berkaitan dengan kasus-kasus korupsi kepala daerah.

"Ini juga menjadi pertarungan dan menjadi tes tentang sistem demokrasi kita, terutama di daerah. Mekanisme pemilihan kepala daerah yang mana yang baik, yang langsung ataukah dipilih DPRD, ataukah ditunjuk ini lah mekanisme ditunjuk ini," ungkap Tito dalam arahannya kepada 48 pj kepala daerah di kantor Kemendagri, Kamis (16/6/2022).

"Kalau ternyata, mohon maaf, ada yang sampai korupsi, konsekuensinya kepada sistem. Rekan-rekan menjadi duta untuk membuktikan bahwa salah satu mekanisme penunjukan, penugasan, itu bisa menekan tindak pidana korupsi. Ini lah tes bagi kita semua, tes kepada sistem," lanjutnya.

Di samping itu, Tito juga tidak menutup adanya celah transaksi politik dalam memperoleh jabatan pj kepala daerah.

"Saya akan keras. Saya sudah sampaikan kepada jajaran otonomi daerah, seperti Pak Sekjen, kalau ada yang transaksional, saya sendiri yang akan bawa ke KPK," kata Tito.

Baca juga: MPR Sebut Wacana Pilkada Asimetris dan Pileg Proporsional Tertutup Tidak untuk 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com