Buya Awiskarni adalah pimpinan pesantren Tarbiyah Pasia, Bukittinggi, anak dari Syekh Husin Amin Pasia.
Suatu sore, Buya Awiskarni mengeluarkan permen dari sebuah toples di kantin sekolah dan menghitungnya satu-satu demi menghitung jumlah zakat yang harus dikeluarkan. Saya dekati lalu bertanya, kenapa harus dihitung?
Beliau jawab, "jangan sampai satu permen ini membuat saya terhalang bertemu dengan Allah SWT."
Jawaban itu tentu sangat bernuansa keimanan. Tetapi di balik keimanan itu saya melihat ada praktik kejujuran dan integritas yang sungguh-sungguh.
Buya bisa saja memperkirakan atau melebihkan pembayaran zakat dari yang seharusnya dikeluarkan.
Tetapi bagi Buya Awiskarni selain soal keimanan, segala tindakan juga tentang pertanggungjawaban di hadapan Tuhan.
Ketika ada orang yang ngeyel dengan nasihat yang beliu sampaikan, Buya Awiskarni sering berucap, “lakukanlah, silakan pertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah SWT”.
Maksud saya adalah ketidak jujuran seseorang sehingga terlibat dalam praktik suap atau gratifikasi bukan sekadar bagaimana melepaskan diri dari masalah hidup, atau yang penting tujuan tercapai dan urusan selesai atau bagaimana supaya seseorang diterima dalam lingkungan kerja.
Ketidak jujuran adalah persoalan pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Mahas Esa.
Semasa hidup mungkin banyak orang bisa bebas dari hukuman, tapi bisakah manusia bebas dari pantauan Tuhan Yang Maha Melihat? Bisakah manusia bebas dari pengadilan Tuhan Yang Maha Adil?
Semasa hidup orang mungkin bisa berkilah dan mencari alibi sebanyak rambut di kepalanya, tapi mampukah manusia berkilah di hadapan Tuhan?
Sebagai penutup tulisan ini, bangsa ini tidak akan pernah benar-benar berjalan untuk tujuan kemakmuran dan keadilan, selama masih dalam krisis integritas dan kejujuran.
Sebagaimana suap dan gratifikasi berasal dari hal kecil yang dibiasakan, maka demikian juga integritas dan kejujuran, harus dimulai dari hal-hal kecil dan dibiasakan.
Ada pepatah Minangkabau begini, kalau di masa kecil termanja-manja, sudah besar terbawa-bawa dan di masa tua terubah tidak.
Bila seseorang dibiarkan berbohong sejak kecil atau dalam perkara kecil, maka di masa dewasa atau dalam masalah besar orang tetap akan berbohong juga.
Selanjutnya, dalam masa tua atau dalam masalah yang jauh lebih besar, sangat sulit bagi seseorang untuk bersikap jujur.
Biasakan jujur dari sekarang. Stop gratifikasi dan suap meskipun itu satu rupiah. Kaidahnya yang harus ditanam dipikiran kita sejak sekarang adalah bila menerima sesuatu selain gaji adalah gratifikasi, maka satu rupiah pun juga gratifikasi.
Bila jumlah gratifikasi besar adalah tindakan korupsi, maka gratifikasi kecil pun juga korupsi.
Korupsi bukan tentang jumlah, tetapi mental. Bila orang punya mental korupsi jumlah besar atau kecil hanya persoalan kesempatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.