Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur di Mata Wartawan Istana: Sosok Bersahabat dan Berpendirian

Kompas.com - 25/07/2022, 07:13 WIB
Ardito Ramadhan,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari-hari wartawan yang bertugas di Istana Kepresidenan berubah setelah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur meninggalkan jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.

Wartawan yang bertugas di Istana saat itu merasa kehilangan sosok Gus Dur, seorang presiden yang bersahabat sekaligus ramah membuka mulut kepada awak media.

"Jelas (kehilangan), kita kan seolah-olah berbalik 180 derajat. Dari Gus Dur yang suka ngomong kepada wartawan tiba-tiba dapat Ibu Mega yang sama sekali tidak mau ketemu wartawan," kata mantan wartawan Harian Kompas, Mohammad Bakir, Kamis (21/7/2022).

Baca juga: Pengakuan Gus Dur sebagai Seorang Keturunan Tionghoa...

Bakir mengungkapkan, Gus Dur merupakan seorang presiden yang mudah dicegat untuk diminta wawancara.

Bakir berkisah, wartawan cukup memanggil Gus Dur untuk meminta waktu wawancara seusai rapat kabinet, dan dia pun bersedia menyiapkan waktu untuk berbicara.

"'Gus, Gus sebentar Gus,' dia berhenti, kita harus berteriak karena kan beliau enggak melihat, jadi kita berteriak dia sudah mengerti suaranya wartawan, oh ini wartawan, dia berhenti melayani pertanyaan," kata Bakir.

Baca juga: Mengenal Akar Semangat Gus Dur Membela Kaum Minoritas

Menurut Bakir, Gus Dur bersikap terbuka karena ia ingin masyarakat tahu kebijakan yang akan diambil dan alasan yang melatarbelakanginya.

Ia mengatakan, sejak menjabat sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gus Dur memang tidak pernah berjarak dengan wartawan.

"Sejak ketua umum PBNU awal 90-an, ya biasa saja, bahkan wartawan itu disuruh naik ke mobilnya wawancara bareng, itu biasa itu," kata Bakir.

Baca juga: Alasan Gus Dur Dijuluki ‘Bapak Tionghoa Indonesia’

Kolega Bakir sesama wartawan Harian Kompas, Joseph Osdar, mengakui, rasa sedih dan kehilangan menggelayuti hati wartawan ketika Gus Dur tersingkir dari Istana.

Osdar mengatakan, yang paling dirindukan oleh wartawan adalah sikap santai Gus Dur menghadapi mereka.

"Wartawan itu sering diajak ngobrol-ngobrol oleh Gus Dur. Ngobrol santai begitu, sekaligus wawancara. Beliau tidak khawatir ditanya apa saja, bahkan pertanyaan yang sensitif pun bisa dijawab dengan santai," kata Osdar, Jumat (22/7/2022),

Gus Dur pun dekat dengan wartawan media asing yang bertugas di Istana. Bahkan sudah akrab selayaknya teman sendiri.

Keterbukaan juga terjadi saat Gus Dur menjadi presiden. Salah satunya, pihak istana membolehkan buku tamu Gus Dur dilihat oleh wartawan.

"Buku tamunya itu dikasih ke ruang wartawan. Jadi kita bisa tahu siapa saja yang datang menemui presiden," kata Osdar.

Halaman:


Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com