Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur: Tak Ada Jabatan yang Layak Dipertahankan dengan Pertumpahan Darah

Kompas.com - 24/07/2022, 08:30 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

"Pak, kenapa sih kok kita ngotot banget, kenapa kita enggak udah sih meninggalkan tempat ini. Kita itu (seperti) enggak bermartabat banget, sekan-akan kita kriminal," kata Alissa.

Alissa menggambarkan kondisinya saat itu memang sedikit tertekan dengan adanya aksi demonstrasi yang berkepanjangan di depan istana.

Terlebih saat itu dia dalam kondisi baru melahirkan anak pertama. Anaknya baru berusia 40 hari kala itu.

Namun pertanyaan Alissa dijawab Gus Dur. "Enggak bisa nak, kita itu memperjuangkan konstitusi, kebenaran itu enggak bisa di-voting," kata Gus Dur.

Baca juga: Damai Sesaat di Istana, Kala Gus Dur Selesai Shalat Malam Jelang Dilengserkan MPR...

Puncak Gus Dur "merelakan" jabatannya sebagai seorang presiden adalah momen dia keluar Istana Merdeka dengan menggunakan celana pendek.

Alissa mengatakan, maksud hati memberitahu Gus Dur bahwa ada dua kelompok yang sedang bersahutan di depan Istana, tepatnya 23 Juli 2001 sekitar waktu maghrib di Jakarta.

Alissa mengatakan, di depan ada masa yang saling mengadu suara, satu berorasi meminta Gus Dur mundur, satu lagi masa pendukung Gus Dur yang menggelar istigosah.

"Itu maghrib, masih ada yang istigosah aku bilang begitu. Jadi itu antara yang demo orasi dan suara orang ngaji itu sama-sama kenceng, adu pengeras suara," tutur Alissa.

Baca juga: Langkah Gus Dur Copot JK dan Laksamana Sukardi Berujung Murka Koalisi

Terjadi dialog singkat antara Alissa dan Gus Dur.

"Oh iyo," sahut Gus Dur.

"Nggih itu masih banyak yang (juga) istigosah di luar, kalau begitu aku atau Yeni yang menemui mereka nggak papa-papa," lanjut Alissa ketika itu.

"Wis, enggak apa-apa, bapak wae rono (bapak saja ke sana)," jawab Gus Dur.

Baca juga: Bintang Kejora dan Prahara Gus Dur dengan Kapolri Surojo Bimantoro

"Dari teras saja dadah-dadah (melambaikan tangan)," saran Alissa kepada ayahnya.

"Ya wis ayo," imbuh Gus Dur.

Saat  dituntun ke kamar untuk pakai celana panjang dan baju engkap, Gus Dur berhenti.

"Loh iki nangdi? (ini mau ke mana?)," Gus Dur bertanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com