Dari tiga nama yang dielu-elukan di Rakernas Nasdem sebagai capres, tidak satupun yang berasal dari kader internal Nasdem.
Anies Baswedan jelas bukan “orang” partai dan di Pilkada DKI lalu tidak didukung Nasdem.
Nasdem menolak penggunaan politik identitas dalam ajang kampanye politik, tetapi di Pilkada DKI silam, justru pendukung dan relawan Anies Baswedan menggunakan politik identitas untuk menghantam kompetitornya.
Jenderal Andika Perkasa masih berstatus militer aktif dan baru boleh terjun ke politik praktis usai memasuki masa pensiun pada tanggal 21 Desember 2022 nanti sesuai Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004.
Atau ada pilihan lain, Andika bisa memilih pensiun dini agar bisa fokus di politik. Dalam perkiraan saya, Andika tidak akan mundur mengingat sisa waktu dari sekarang hingga masa pensiunnya tiba justru akan lebih efektif dalam melakukan positioning dan branding saat masih menjabat Panglima TNI ketimbang berada di luar tugas militer.
Ganjar Pranowo jelas kader tulen PDIP, bahkan telah bergabung di PDI sebelum PDIP terbentuk. Ganjar ikut merasakan kerasnya pertarungan politik Megawati ketika “dikuyo-kuyo” rezim Soeharto.
Ganjar telah membangun elan perjuangan sejak mahasiswa, anggota parlemen hingga menjabat gubernur Jawa Tengah.
Dengan menyebutkan bakal capres unggulan yang tidak satupun berasal dari kader internal membuktikan belum ada kader Nasdem yang mumpuni menyaingi nama-nama yang muncul di pentas capres-cawapres pilihan masyarakat yang selama ini tersaring dari berbagai jajak pendapat.
Nasdem memiliki kader-kader yang duduk di kabinet seperti Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Komunikasi Informasi Johnyy Gerard Plate serta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Belum lagi beberapa kader partai besutan Surya Paloh juga menjabat sebagai kepala daerah di banyak daerah.
Pencalonan Ganjar dari Nasdem tentu saja memantik relasi ketidakharmonisan PDIP dengan Nasdem. Mencalonkan Ganjar tanpa keinginan yang bersangkutan sama saja dengan “membajak” kader partai lain.
Seperti tidak punya pacar idaman sendiri, mengapa sampai harus “merebut” pacar milik orang lain? Demikian meminjam istilah romansa remaja zaman sekarang.
Jika dampak strategi “blitzkrieg” Nasdem menimbulkan ketidakharmonisan dengan PDIP maka prospek koalisi antara ke dua partai ini ke depannya akan sulit terjadi.
Sukses strategi blitzkrieg Jerman yang berhasil merebut Polandia, Belgia, Belanda dan Perancis di 1940 serta diterapkan Jenderal Erwin Rommel di teater perang Afrika bisa jadi menjadi bayang fatamorgana di dunia politik kita.
Ataukah penyebutan tiga bakal capres unggulan Nasdem hanyalah berharap mendapat efek ekor jas atau coat tail effect?
Penyebutan nama Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Andika Perkasa yang memiliki pengaruh electoral votes tentunya akan berimbas kepada raihan suara Nasdem di pemilu mendatang.
Akan menjadi mbelgedes jika pada akhirnya hanya nama Anies Baswedan – misalnya – yang akan dimunculkan Nasdem sebagai capres “resmi”, sementara nama Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa atau pun sebaliknya, Andika yang diusung sementara Anies dan Ganjar yang dijadikan “tumbal”, maka jelas terlihat semuanya hanyalah gimmick politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.