Oleh karena itulah Driyarkara tak sepaham dengan Hobbes. Bagi Driyarkara manusia adalah teman bagi sesamanya, homo homini socius. Jelas, Driyarkara mengajarkan "memanusiakan manusia". Dan ajaran ini bisa digali dalam Pancasila.
Terkadang kita acap bingung, memahami sebuah pemikiran, namun bagaimana mempraktikkannya?
Kita paham, sesama kita adalah teman bagi sesamanya, tetapi bagaimana kita merangkul orang lain untuk menjadi kawan?
Driyarkara menyatakan manusia hanya bisa berkembang sebagai manusia dengan dan dalam bersatu dengan sesamanya.
Menurut kodratnya, dia adalah socius, kawan. Jika tidak menjadi kawan, dia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
Maka, adalah kewajiban manusia untuk saling menerima sebagai socius atau saudara. Salah satu dari kondisinya ialah jika membagi-bagikan kekayaan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kawan bisa hidup secara pantas sebagai kawan kita.
Ini artinya ada kepedulian. Dari sinilah memulai memupuk perkawanan dengan sesama, saling peduli.
Sikap peduli membangun persaudaraan dengan sesama. Sebab, dari peduli inilah kita tahu kondisi sesama di sekitar kita.
Itu baru satu pemikiran Driyarkara. Sejatinya banyak lagi pemikiran Driyarkara tentang Pancasila ini.
Lautan pemikiran Driyarkara, sekaligus menegaskan betapa kaya Pancasila itu. Maka dari itu, kita selayaknya tahu cara bagaimana menjunjung tinggi dan mengamalkan Pancasila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.